Selasa, 19 Mei 2009

Tiga Landasan Manusia

   

AL-USHUUL ATS TSALAATSAH
  (TIGA LANDASAN UTAMA)  

“Kupesankan kepadamu, yang ingin kusampaikan kepadamu, sebelum ajal mencapaimu, dan sebelum pikiranmu melemah seperti melemahnya tubuhmu yang semakin tua, atau kau akan terhalang oleh berbagai gelora hawa nafsu yang mungkin melintas di hadapanmu, serta cobaan dunia yang dapat menjadi kam mu bagai kuda liar yang banal.”
Sungguh pun hati kamu remaja, ibarat tanah kosong; apapun yang di campakan ke atasnya, akan diterimanya begitu saja. 

Perlu kita ketahui bahwa Bumi ini adalah suatu sarana untuk menuntut ilmu pengetahuan akan Tuhannya, yang taklain bahwa bimi ini sebuah lembaga pendidikan bagi umat manusia, dari masa ke masa hingga akhirnya, yaitu dari jaman Nabi Adam diciptakan Allah SWT. Pendidikan dimulai sejak keberadaan Adam didalam Syurga Allah. SWT. telah mengajarkan kepada Adam tiap-tiap sesuatu.. 
Allah berfirman (Qs. 2:31)



“Dan (Allah) mengajarkan Adam nama-nama tiap-tiap sesuatu” 

Setelah Nabi Adam.a.s. diturunkan kemuka bumi pendidikan di bumi dilanjutkan kepada Nabi adam sebagai guru pertama untuk mengajarkan kepada anak dan cucunya untuk mengenal Tuhannya. Dalam mengenal Tuhan banyak cara, masing-masing mempunyai jalannya sendiri, sesuai dengan kemampuan dan bidangnya masing-masing. 

Jika kita berbuat dan bertindak atas ridho Allah SWT. maka kita akan mudah untuk mengenal-Nya.

Dan dari masa kemasa pendidikan dilanjutkan oleh para Nabi yang diutus, hingga pendidikan akhir jaman seorang Nabi yang diutus Allah SWT, yaitu Nabi Muhammad saw. Sebagai guru besar umat manusia dan sebagai Nabi akhir Zaman.

Kita semuah adalah terpidana mati, semua manusia akan berhijrah dari muka bumi ke alam Barjzah dan akan disaring ke tempat dimana Adam dan Hawa nenek moyang kita pernah tinggal. Namun untuk memasukinya ada tiga kunci utama yang menjadi pertanyaan akhir dan yang menentukan lulus atau tidaknya seorang manusia ke masa depannya.

 Masa depan

Aku tidak punya rasa takut, karena rasa takut adalah kekhawatiran akan bencana masa mendatang atau kelak akan sirnanya sesuatu yang diinginkan.

Aku adalah putera zaman , dia tidak punya masa depan sehingga tak takut akan apapun dan sebagaimana ia takpunya rasa takut.

Aku takpunya harapan karena harapan adalah angan-angan akan mendapatkan apa yang di inginkan, atau akan terbebas kan dari kemalangan, dan ini ada pada masa depan.

Aku tidak merasa sedih karena aku berada dalam pancaran sinar keridhaan dan berada dalam taman keserasian. 
  BS.Sutan Mangkuto


Tiga landasan utama yang ditanya kepada manusia saat di alam kubur. “Siapa Tuhanmu?, Siapa Nabimu? Apa Agamamu?,.” Ini merupakan tiga landasan yang wajib diketahui setiap manusia tanpa terkecuali dari golongan dan mazap mana atau dari agama mana pun dia, akan kembali kepada Sang Pencipta. Tiga pertanyaan inilah sebagai kunci yang menentukan masa depan manusia

 Ketika tubuh kaku dimasukan kedalam liang lahat dan telah dikuburkan, setelah tujuh langkah iringan-iringan jenazah meninggalkan pulang, maka datanglah dua mahkluk rohani menduduki jenajah di dalam kubur tersebut seraya bertanya. “Siapa Tuhanmu?, Apa agamamu?, Siapa Nabimu?”. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini lah yang akan kita hadapi dan bagi orang-orang beriman akan mudah menjawab pertanyaan tersebut.
 Dari pertanyaan malaikat tersebut jawabannya bukanlah hanya sekedar afalan “Siapa Tuhanmu, Apa agamamu, Siapa nabimua?” tetapi yang di pertanyakan adalah amal-amalannya dari tiga pertanyaan tersebut, selama dia hidup didunia.


I. Penulis berharap setelah membaca buku ini kita dapat memahami :

1. Siapa Tuhan yang menciptakan kebaeradaan ini semua?
2. Mengapa kita ada dibumi ini.
3. Agama yang diterima disisi Allah SWT.
4. Dimana masa depan kita yang sebenarnya.


Dan diharapkan agar kita mengetahui ilmu yang tertinggi adalah “TAUHID” karena dengan tahud ini kita dituntut untuk mencari Tuhan-nya, dengan bidang dan kemampuannya masing-masing, dan kita dituntut untuk disiplin ilmu



Bab I




TAUHID


1. Siapa Tuhanmu? 
Semua yang ada di alam semesta ini serta isinya termasuk diri kita, hanyalah bersumber pada satu Sang Pencipta yaitu ALLA. SWT.  

أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ
am khuliquu min ghayri syay-in am humu alkhaaliquuna 

“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?” (Ath-Thuur52:35)
أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بَل لَّا يُوقِنُونَ
am khalaquu alssamaawaati waal-ardha bal laa yuuqinuuna 

“Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).” (Ath-Thuur52: 36)

tidak ada Tuhanlain yang mencipta kecuali Dia yang Maha Esa, dan tidak mungkin segagala sesuatu itu ada dengan sendirinya.

إِنَّ رَبَّكُمُ اللّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثاً وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلاَ لَهُ الْخَلْقُ وَالأَمْرُ تَبَارَكَ اللّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

inna rabbakumu allaahu alladzii khalaqa alssamaawaati waal-ardha fii sittati ayyaamin tsumma istawaa 'alaa al'arsyi yughsyii allayla alnnahaara yathlubuhu hatsiitsan waalsysyamsa waalqamara waalnnujuuma musakhkharaatin bi-amrihi alaa lahu alkhalqu waal-amru tabaaraka allaahu rabbu al'aalamiina 

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy548. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” . (Qs.Al-A’raaf 7:54)
 

Mencari kebenaran 
Jika kita berbicara tentang ketuhanan, tidak terlepas dari agama dan ajarannya yang diturunkan. Pandangan umum bahwa agama merupakan pengatur spiritual saja hanya benar untuk agama lain. Sebaliknya, Islam bukan sekadar mencakup aspek spiritual, melainkan merupakan pandangan, jalan, dan sistem hidup yang lengkap, Islam merupakan akidah yang diyakini sekaligus aturan dan hukum yang mampu memecahkan berbagai masalah kehidupan, yang memang dikhususkan untuk umat manusia.

لاَ إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدمِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىَ لاَ انفِصَامَ لَهَا وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
laa ikraaha fii alddiini qad tabayyana alrrusydu mina alghayyi faman yakfur bialththaaghuuti wayu/min biallaahi faqadi istamsaka bial'urwati alwutsqaa laa infishaama lahaa waallaahu samii'un 'aliimun 
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut162 dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. “
 (Al-Baqarah[2]:256)

أَمَّنْ هَذَا الَّذِي هُوَ جُندٌ لَّكُمْ يَنصُرُكُم مِّن دُونِ الرَّحْمَنِ إِنِ الْكَافِرُونَ إِلَّا فِي غُرُورٍ
amman haadzaa alladzii huwa jundun lakum yanshurukum min duuni alrrahmaani ini alkaafiruuna illaa fii ghuruurin 
“Atau siapakah dia yang menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu selain daripada Allah Yang Maha Pemurah? Orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah dalam (keadaan) tertipu.” 
(Qs. Al-Mulk67:20)

Tapi terlepas dari itu, manusia diciptakan Allah semua nya sama, yaitu tidak ada Kristen, buda, hindu, Kong Hu Cu, dll. Tetapi sesuatu harus bersujud sudah menjadi ketentuan sang pencipta yaitu Agama yang fitrah. Sesuai dengan firmannya dalam al-Qur’an: 

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفاً فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
fa-aqim wajhaka lilddiini haniifan fithrata allaahi allatii fathara alnnaasa 'alayhaa laa tabdiila likhalqi allaahi dzaalika alddiinu alqayyimu walaakinna aktsara alnnaasi laa ya'lamuuna 
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui1169, 
" (QS. Ar Ruum30: 30). 


Atas bujuk rayu Iblis yang telah bersumpah, akan menyesatkan manusia yang lalai dan munafik untuk di jerumuskan kepada kekafiran. Maka menyimpanglah mereka dari perintah-Nya, masuklah mereka dalam kesesatan yang nyata. Tapi karena Allah menciptakan manusia sebagai mahluk yang sempurna dan mengkaruniai akal, dan nafsu maka akal mulai berfikir karena rasa ingin tahu, dari pemikiran itu lah manusia menemukan hakekat kebenarannya sebagai mahluk ciptaan Allah, dalam firmannya:

 
Beriman akan adanya Robb Tuhan Semesta Alam

Siapa Tuhanmu?
 Suatu pertanyaan Tauhid yang menyatakan keesaan sesuatu dan memiliki pengetahuan yang sempurna tentang kesaannya. 
Tuhan itu Esa, tanpa ada sekutu dalam Zdat dan sifat-sifat-Nya, tanpa ada yang menyamai, tanpa ada sekutu dalam tindakan-tindakan-Nya. 

Pengetahuan mereka tentang ke Esaan disebut Tauhid (Pengesaan).
Pengesaan ada tiga macam:
1. Pengesaan Tuhan akan Tuhan sendiri, yakni pengetahuan-Nya, tentang keesaan-Nya;
2. Pengesaan Tuhan akan mahluk-mahluk-Nya, yakni takdir bahwa manusia akan menyatakan-Nya Esa, dan penciptaan pengesaan di dalam hatinya;
3. Pengesaan manusia akan Tuhan, yakni pengetahuan mereka tentang keesaan Tuhan, maka dari itu, bilamana seseorang mengenal Tuhan, ia bisa mengemukakan keesaan-Nya dan menyatakan bahwa Dia adalah Satu, yang tidak mengalami penyatuan dan pemisahan, tidak mengalami dualitas; bahwa keesaan-Nya bukanlah sebuah bilangan, sehingga dapat dibagi menjadi dua atau penambahan bilangan lain;
 
Mengimani adanya Rabb ( Zdat yang Maha memiliki Penciptaan ) bisa dibuktikan dengan yang ada pada sekitar kita yaitu bumi dan alam semesta maupun diri kita sendiri yaitu melalui dalil-dalil Akal, Fithrah, Indra dan Syara’ 

Tuhan Semesta Alam dalam Dalil Akal kita,
 Semua yang ada diseluruh jagad raya ini, pasti ada yang menciptakannya dan tidakmungkin ada dengan sendirinya, atau terwujud secara kebetulan, sebab segala sesuatu tidak mungkin menciptakan dirinya sendiri, karena sebelumnya dia tidak berwujud, dalam arti ketiadaan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: 

أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ
am khuliquu min ghayri syay-in am humu alkhaaliquuna 

“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?” (Ath-Thuur52:35)
أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بَل لَّا يُوقِنُونَ
am khalaquu alssamaawaati waal-ardha bal laa yuuqinuuna 

“Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).” (Ath-Thuur52: 36)
 Manusia harus memikirkan bagaimana ia menjadi ada, apa tujuan hidupnnya, mengapa ia suatu saat mati dan apa yang terjadi setelah kematian. Ia hendaknya mempertanyakan bagaimana dirinya dan seluruh alam semesta menjadi ada dan bagaimana keduanya terus-menerus ada. Ketika melakukan hal ini ia harus membebaskan dirinya dari segala ikatan dan prasangka.


Dalam sabda Nabi Muhammad Saw.




“Barang siapa mengenal diri pribadinya, maka ia akan mengenal Tuhannya.”

 Dengan berpikir menggunakan akal dan nurani yang terbebaskan dari segala ikatan sosial, ideologis; seseorang pada akhirnya akan merasakan bahwa seluruh alam semesta termasuk dirinya telah diciptakan oleh sebuah kekuatan Yang Maha Tinggi. Bahkan ketika ia mengamati tubuhnya sendiri atau segala sesuatu di alam ia akan melihat adanya keserasian, perencanaan dan kebijaksanaan dalam perancangannya.

 Untuk lebih jelasnya contoh sebuha mobil mewah dengan interior didalamnya yang begitu nyaman dalam penataannya dan dilengkapi dengan mesin penggerak yang dibuat sedemikian sempurnanya dengan perhitungan sangat teliti dan akurat sehingga dapat menghasilkan kenyamanan bagi yang mengendarainya, apakah kita akan berfikir mobil mewah tersebut ada dengan sendirinya tanpa ada yang membuatnya? Lalu apa mungkin alam semesta yang begitu luas dan dilengkapi dengan Bumi, Langit, Bintang dan Planet-planet yang tertata rapih dengan perhitungan yang sedemikian rumitnya tanpa kecacatan sedikitpun, terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakannya? Tidak perlu disangkal lagi Yang menciptakannya adalah suatau Zdat yang Maha Agung Maha memiliki Penciptaan.

Dia adalah Dzat pemilik segagala keagungan dan kesempurnaan. Dia tidak berawal, dan juga tidak berachir. Dia Maha Esa, tiada seorangpun yang setara dengan Dia, tidak menyerupai sesuatu, dan tidak sesuatupun yang menyerupai-Nya. Dia lah pencipta, penguasa dan pengatur, tunggal alam semesta beserta isinya. Tiada penciptaan selain Dia. Dia Maha kuasa atas segala sesuatu. Kerjaan dan kekuasaan Nya sangat sempurna. Dia adalah Maharaja diraja. Dia diatas arasy (singga sana Tuhan diatas langit ketujuh yang tidak dapat diketahui hakikatnya oleh akal manusia, tapi dapat diyakini kebenarannya), namun Dia Maha Suci bahkan dekat kepada hati manusia, melebihi urat leher manusia itu sendiri.

Dengan melalui proses dan teori-teori, yang ada. Pemikiran dalam filsafat yang terkenal dengan teori “Sebab, Akibat”. Dengan teori sebab akibat manusia dapat merauk pengetahuan sebatas yang ada dibumi, ada sebab pasti ada akibat. Tapi dari teori tersebut sampailah pada pemikiran adanya alam semesta ini, siapa yang menciptakan ini semua? Siapa? Dan Mengapa?

Para ahli kosmologi telah memberikan bukti ilmiah bahwa alam semesta memiliki permulaan, dari ketiadaan; pada akhirnya sampailah pada penciptaan, penciptaan yang luar biasa yang Maha perkasa dalam penciptaan alam semesta.
Penciptaan ini haruslah Dzat yang telah menciptakan materi dan waktu, namun tidak terikat oleh keadaannya. Ahli astrofisika terkenal Hugh Ross, mengatakan: “Jika permulaan waktu terjadi bersamaan dengan permulaan alam semesta, maka dapt ditarik kesimpulan bahwa Tuhan bukanlah alam semesta itu sendiri, Tuhan tidak pula berada di dalam alam semesta” 
Begitulah materi dan waktu, keduanya penciptaan ini adalah Allah, Dialah Penguasa langit dan bumi. 

إِنَّ رَبَّكُمُ اللّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثاً وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلاَ لَهُ الْخَلْقُ وَالأَمْرُ تَبَارَكَ اللّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
inna rabbakumu allaahu alladzii khalaqa alssamaawaati waal-ardha fii sittati ayyaamin tsumma istawaa 'alaa al'arsyi yughsyii allayla alnnahaara yathlubuhu hatsiitsan waalsysyamsa waalqamara waalnnujuuma musakhkharaatin bi-amrihi alaa lahu alkhalqu waal-amru tabaaraka allaahu rabbu al'aalamiina 

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy548. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (Qs.Al-A’raaf 7:54)


Kapan Allah itu ada? 
  Sebelum alam semesta dan seisinya ini ada, apa yang terdat pada sisi-Nya, kekosongankah? Apakah Allah SWT itu ada sebelum-Nya? Dalam fikiran kita yang ada hanyalah sesuatu Dzat yang menciptakan Dzat itu pula, yang ada sebelum keberadaan ini semua yaitu diri-Nya, yang Maha menciptakan keberadaan setiap sesuatu yang ada, Dialah Dzat yang Maha kekal lagi Perkasa. 
Sebelum alam semesta ini diciptakan Lalu Dzat Maha berkehendak (muridhan) berencana menciptakan “Nur Muhammad” sebelumnya yang terlebih dahulu. diciptakan “Qalam” dalam kitab-kitab hadis yang sahih dan muktabar, 
Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Abu Daud daripada Ubadah bin As Samit dari pada Nabi s.a.w. “Sesungguhnya perkara yang mula-mula sekali dicipta oleh Allah ialah Qalam. Maka Allah berfirman kepadanya, “tulislah!” iapun berkata, “Wahai Tuhan! Apakah yang perly saya tulis?”Allah SWT bersabda, “Tulislah Takdir segala sesuatu sehingga kiamat”.
Allah berkehendak menciptakan mahkluk yang sempurna, berarti Allah merencanakan suatu mahkluk manusia, dan yang mana mahkluk tersebut diciptakan berasal dari Nur Muhammad. Maka Allah menyiapkan sesuatu perkara yaitu Qalam untuk mencatat suatu hukum takdir hingga hari kiamat.

Dari hadis tersebut Nabi s.a.w. mengatakan “Sesungguhnya perkara yang mula-mula diciptakan oleh Allah ialah Qalam”

“Perkara” maknanya adalah kejadian dan berhubungan dengan “Qalam” berkaitan dengan pencatatan. Apa yang hendak dicatat? “takdir segala ssuatu sehingga kiamat.”Berarti dalam pemikiran sang Maha pencipta sudah berencana menciptakan Nur Muhammad, maka Allah SWT menciptakan Qalam terlebih dahulu untuk menulis ketentuan-ketentuannya, hingga hari kiamat kelak.
Seperti yang terdapat dalam firman Allah dalam Al-Qur’an:
 وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
wamaa khalaqtu aljinna waal-insa illaa liya'buduuni  
“Dan-Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Qs.51:56
Ayat ini menyatakan bahwa Jin dan Manusia supaya mengabdi kepada-Ku, kalimat “Dan-Aku tidak menciptakan” maknanya bahwa Allah tidak akan menciptakan Jin dan Manusia sebelum aturan-aturan, hukum-hukum-Nya di dibuat.
Maka Allah berfirman kepadanya, “Tulislah!” 
Iapun berkata, “Wahai Tuhan! Apakah yang perlu saya tulis?”
Allah SWT bersabda, “Tulislah takdir segala ssuatu sehingga kiamat.”

 “karena Nur Muhammad inilah Dia menciptakan Qalam, Bumi dan Langit, langit pada masa itu masih merupakan asap”
 
Menurut Ka’bul Akhbar, “Bila Allah hendak menjadikan sekelian mujahadat merendahkan bumi dan meninggikan langit-langit, maka Dia menggenggam satu genggaman daripada Nur-Nya. Diapun berkata kepada segenggam Nur-Nya itu, “Jadilah engkau Muhammad”. Maka iapun menjadi satu tiang daripada Nur yang berkilau-kilau sampai daripada hijab kegelapan lalu Nur itupun bersujud seraya berkata “Segala puji bagi Allah”. Maka Allah berfirman, “Untuk itulah Kuciptakan engkau dan Kunamakan engkau Muhammad. Dari padamulah Aku memulakan kejadian makhlkuk ini dan engkau Muhammad. Daripadamulah Aku memulakan kejadian makhluk ini dan mebagikan Nur-Nya itu kepada 4 bahagian pula. Dari pada bahagian pertama dijadikan-Nya Lauh (Lauh Mahfuz), daripada yang kedua dijadikan-Nya Qalam. Kemudian Allah berfirman kepada Qalam, “Tulislah”. Maka menggeletarlah Qalam itu selama 1,000 tahun justeru hebatnya perintah Allah kepadanya itu. Kemudian Qalam berkata, “Apakah yang perlu kutulis? Allah berfirman, “Tulislah Laailaha illallah Muhammadun Rasulullah”. Maka Qalam itu pun menulis apa yang diperintahkan dan setelah itu ia mengikuti ilmu Allah (dengan menulis) berhubung dengan makhluk-Nya.”

Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an:

ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاء وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعاً أَوْ كَرْهاً قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ
tsumma istawaa ilaa alssamaa-i wahiya dukhaanun faqaala lahaa walil-ardhi i/tiyaa thaw'an aw karhan qaalataa ataynaa thaa-i'iina 
“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati". Qs. Fush Shilat (41:11)

Menurut Al-Qur’an, bahwa Bumi yang kita diami ini sudah diciptakan terlebih dahulu sebelum langit di ciptkan. Seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qura’an:

“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi………” Qs. (41:11) 

“ lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi……” kalimat seperti ini berarti bumi suda diciptakan terlebih dahulu sebelum penciptaan langit.


وَجَعَلْنَا السَّمَاء سَقْفاً مَّحْفُوظاً وَهُمْ عَنْ آيَاتِهَا مُعْرِضُونَ
waja'alnaa alssamaa-a saqfan mahfuuzhan wahum 'an aayaatihaa mu'ridhuuna 
“Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara960, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.” (21:32)

Kalimat syahadat diproklamirkan Sang Pencipta

 Maka Dzat yang Maha kekal lagi Maha mencipta memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah.

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
innanii anaa allaahu laa ilaaha illaa anaa fau'budnii wa-aqimi alshshalaata lidzikrii 
Artinya:
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah(patuh) Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Taha 20:14)”


Kalimat syahadat diproklamirkan Sang Pencipta setelah Dia menciptakan. Nur Muhammad, selanjutnya Allah menuju kepenciptaan lainnya yaitu Bumi dan langit. Dan Allah memerintahkan kepada langit dan Bumi untuk patuh atas perintah-Nya.

ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاء وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعاً أَوْ كَرْهاً قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ
tsumma istawaa ilaa alssamaa-i wahiya dukhaanun faqaala lahaa walil-ardhi i/tiyaa thaw'an aw karhan qaalataa ataynaa thaa-i'iina 
Artinya:
“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati". “ (Qs. Fushilat [41]: 11 )

Mengapa Dzat yang Maha perkasa itu menciptakan alam semesta, langit dan bumi? Segala sesuatu yang ada ini diciptakan karena Nur Muhammad sebelum semua tercipta; Allah telah menciptakan Nur Muhammad terlebih dahulu. atas kehendak-Nya. dalam al-Qur’an diterangkan:

 Sebelum alam semesta ini diciptakan Lalu Dzat Maha berkehendak (muridhan) menciptakan “Nur Muhammad” terlebih dahulu. “karena Nur Muhammad inilah Dia menciptakan alam semesta serta isinya” 

Mengikrarkan syahadat, diri-Nya sebagai “Allah”. Kepada anak Adam. 
Setelah berikrar kepada Nur Muhammad dan kepada Langit dan Bumi” Setelah itu mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (anak Adam) 

Lalu Qalam menulis , “Wahai anak Adam daripada sulbinya! Sesiapa yang taat kepada Allah akan dimasukkan-Nya ke dalam syurga dan sesiapa yang durhaka kepada Allah akan dimasukan-Nya kedalam neraka.
Firman Allah dalam Al-Qur’an:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتَ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
wa-idz akhadza rabbuka min banii aadama min zhuhuurihim dzurriyyatahum wa-asyhadahum 'alaa anfusihim alastu birabbikum qaaluu balaa syahidnaa an taquuluu yawma alqiyaamati innaa kunnaa 'an haadzaa ghaafiliina 
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (al-A’raf [7]:172).

Dzat Maha perkasa berfirman yang dicatat dalam al-Quran:

ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاء وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعاً أَوْ كَرْهاً قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ
tsumma istawaa ilaa alssamaa-i wahiya dukhaanun faqaala lahaa walil-ardhi i/tiyaa thaw'an aw karhan qaalataa ataynaa thaa-i'iina 

"Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".” 
  (Qs. Fushilat [41]: 11 )


إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
innanii anaa allaahu laa ilaaha illaa anaa fau'budnii wa-aqimi alshshalaata lidzikrii 

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah yang tidak ada Tuhan kecuali Aku, maka sembahlah Aku dan dirikan sholat untuk mengingat Aku” (Qs.Taha [20]:14)

Dialah yang berhak disembah dan Dia yang memiliki hak untu k di sembah karena Dia yang menciptakan , yang menguasai dan yang mengatur segala urusan. Karena Dia (Allah) Tuahn yang telah menciptakan segala yang ada maka wajib bagi kita untuk menyembah-Nya. Hnya Allah SWT. Tuhan yang wajib disembah, dimohonkan petunjuknya dan pertolongan, yang harus ditakuti jika kita berbuat tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang sudah menjadi ketetapan-Nya. (Tauhid Uluhiyah). Bahwa Tuhan itu Zdat yang Maha Lurhur, dari segala-galanya, Hakim yang Maha Tinggi yang Tiada Terbatas, yang Kekal, yang Tiada Berubah-ubah.

Dalil Syar’I
 Dalil ini yang menunjukan adanya Allah melalui seluruh kitab “samawi” yang membicarakan tentang adanya Allah SWT. demikian pula hukum-hukum serta atuaran-aturan kehidupan demi kemaslahatan manusiÿÿyang terÿÿik bagÿÿhaÿÿÿÿNya, kitab tersebut juÿÿ menerangkan danÿÿÿÿÿÿÿÿtaÿÿn kejadian alaÿÿyang dapat dibuktikan dengÿÿ ilmu pengetahun pada masa sekarang ini dan dapat dibenarkan secara nyata. Kitab “samawi” tersebut membuktikan adanya sang Pencipta segala yang ada tanpa terkecuali.

فَلَنَقُصَّنَّ عَلَيْهِم بِعِلْمٍ وَمَا كُنَّا غَآئِبِينَ
falanaqushshanna 'alayhim bi'ilmin wamaa kunnaa ghaa-ibiina 

“Maka sesungguhnya akan kami kabarkan dengan ilmu (bukti-bukti keterangan) kepada mereka dan kami sekali-kali tidak pernah gaib(1)” (Al-A’raaf [7]:7)

jika kita pelajari kitab suci Al-Quranulkarim akan kita ketahui merupakan buku pelajaran ilmiah di segala bidang I lmu. Tidak dapat disangkal lagi, ayat-ayat yang terkandung di dalam Al-qur’an suatu bukti kebenaran adanya sang pencipta.


 Hanya mereka yang mau berfikir yang mampu melihat dan kemudian memahami tanda-tanda kebesaran Allah, serta kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang Allah ciptakan. Hal ini menjadi semakin jelas dengan telah di capainya kemajuan-kemajuan sebagai hasil pemikiran para sarjana di lautan ilmu pengetahuan pada masa sekarang ini.

وَجَعَلْنَا السَّمَاء سَقْفاً مَّحْفُوظاً وَهُمْ عَنْ آيَاتِهَا مُعْرِضُونَ
waja'alnaa alssamaa-a saqfan mahfuuzhan wahum 'an aayaatihaa mu'ridhuuna 


“Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara,sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah).” (Al- Anbiyaa[21] :32)

Maksud ayat tersebut kita tidak boleh menjadikan untuk Dzat yang menciptakan dirimu, dan yang telah menciptakan orang-orang sebelum kamu, serta yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan untukmu, langit sebagai atap, lalu menurunkan untukmu air hujan dari langit sehingga menghasilkan buah-buahan sebagai rizki untukmu, janganlah kamu jadikan untuk Dzat yang Maha Agung ini sekutu-sekutu yang kamu sembah selain-Nya, sebagai mana kamu mencintai Allah. SWT
Dalam pembuktian ilmiah ayat tersebut di atas :

“Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara,…………”  
  (Al-Anbiyaa:32)

 Bumi kita ini di lingkupi oleh atmosfir yang berlapis-lapis, dan setiap lapisan memiliki peran penting. Dalam penelitian bahwa lapisan-lapisan tersebut memiliki fungsi mengembalikan (memantulkan) benda-benda atau sinar-sinar yang masuk maupun keluar bumi, dan sebagai penyaring setiap apa-apa yang masuk kedalam bumi, seperti benda-benda langit maupun sinar matahari. Beberapa cuontuh fungsi-fungsi lapisan atmosfir:
• Lapisan Troposfir. Ketinggian 13 hingga 15 Km dari permukaan bumi. Yang dapat memungkinkan uap air yang naik dari permukaan bumi ￿er￿umpul￿￿ingga jenuh dan turun￿￿￿￿bali kebumi sebagai hujan.
وَأَنزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَسْكَنَّاهُ فِي الْأَرْضِ وَإِنَّا عَلَى ذَهَابٍ بِهِ لَقَادِرُونَ
wa-anzalnaa mina alssamaa-i maa-an biqadarin fa-askannaahu fii al-ardhi wa-innaa 'alaa dzahaabin bihi laqaadiruuna 
Artinya:
“Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran, lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi………” (Al-Mukminun 23:18) 

• Lapisan Ozon. Ketinggian 25 Km. dari permukaan bumi, berfungsi untuk memantulkan radiasi berbahaya dan sinar ultraviolet yang datang dari ruang angkasa dan mengembalikan keduanya keruang angkasa.
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُم مَّا فِي الْأَرْضِ وَالْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَيُمْسِكُ السَّمَاء أَن تَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ إِلَّا بِإِذْنِهِ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
alam tara anna allaaha sakhkhara lakum maa fii al-ardhi waalfulka tajrii fii albahri bi-amrihi wayumsiku alssamaa-a an taqa'a 'alaa al-ardhi illaa bi-idznihi inna allaaha bialnnaasi larauufun rahiimun 
Artinya:
"Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada Manusia. “(Al-Hajj 22:65)

“Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh kebumi, melainkan dengan izin-Nya.” Lapisan Lonosfir. Berfungsi untuk memantulkan kembali gelombang pemancar radio dari bumi dan mengembalikan kembali ke berbagai belahan bumi, sehingga memungkinkan komunikasi tanpa kabel seperti diantaranya pemancar radio dan siaran televisi.

“……… . Dan sesungguhnya kami(jin) dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendentgar-dengar (berita-berita). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengar (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). ( Al-Jin:9)

Hal tersebut di atas bagi Allah SWT. untuk melindungi mahluk dibumi dari ciptaan-Nya mari kita bayangkan seandainya Allah SWT. tidak menciptakan lapisa-lapisan atmosfir apa yang akan terjadi pada kehidupan mahluknya? Tetapi manusia kebanyakan berpaling dari tanda-tanda kebesaran Allah SWT.

Dalil Fithrah dalammengenal Allah SWT.
Setiap manusia mempunyai fitrah mengimani adanya Sang Pencipta dirinya, tanpa harus berfikir atau mempelajari sebelumnya. Fitrah ini tidak akan berubah melainkan ada sesuatu pengaruh lain yang mengubahnya, yaitu lingkungan sekitarnyha.

Siapa? Mengapa?




“Barangsiapa mengenal diri pribadinya, maka ia akan mengenal Tuhannya” Sabda Rasululah SAW.


 Sebagai insan manusia yang diberi akal dan fikiran, memiliki rasa ingin tahu. Rasa ingintahu itu lah yang menimbulkan suatu pemikiran, dari tingkatan yang rendah sampai ketingkatan yang lebih tinggi, dan menyebabkan pencarian-pencarian jawaban yang belum terjawab. Semula rasa ingin tahu berada pada dirinya sendiri “Siapa saya?” dan “Untuk apa saya?” Pertanyaan-pertanyaan seperti itu kadang timbul di benak kita. Dan manusia terus berfikir untuk mencari jawabannya, sampai kepada Teori evolusi darwin, yang menyatakan nenek moyang manusia adalah monyet, pernyataannya didasarkan karena kesamaan dalam bentuk dan hampir menyamakan DNA nya. Allah SWT telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna, begitu pula berbagai jenis makhluk hidup yang ada di bumi, masing-masing diciptakan Allah dengan bentuknya yang khusus dan telah sempurna. Namun sepanjang sejarah hingga zaman ini, masih saja kita temui golongan yang menentang fakta ini. Mereka munculkan teori tandingan yang tidak memiliki bukti ilmiah nyata. Dengan kedok sains, para ilmuan ini bahkan berani terang-terangan berbohong dan mengingkari fatkta penciptaan. (Lihat halaman Darwin)
 Ilmuan moderen telah menyangkal teori tersebut. Kesamaan dalam mahluk hidup adalah karena penurunan dari satu nenek moyang “ Tidak lah benar! ”. satu-satunya penjelasan yang rasional untuk persamaan tersebut adalah “Kesamaan disain” atau penciptaan. Penemuan fakta ini telah menempatkan filsafat materialis dan Darwinisme, kedalam teori yang tidak memiliki bukti dan sebagai kebohongan ilmiah.
Atau mungkin Darwin lupa dalam penempatan teorinya, yaitu bukan monyet yang berevolusi menjadi manusia, tetapi yang benar manusia yang berevolusi menjadi monyet, menjadi tikus-tikus liar dan sebagainya.

Manusia diciptakan untuk “mengenal dan mengetahui” Allah. Maka makna dari ibadah ialah pengetahuan tentang Allah (ma’rifatullah). Seperti firmann ya dalam al-Qur’an :

قُلْ هَلْ عِندَكُم مِّنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوهُ لَنَا إِن تَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ وَإِنْ أَنتُمْ إَلاَّ تَخْرُصُونَ
qul hal 'indakum min 'ilmin fatukhrijuuhu lanaa in tattabi'uuna illaa alzhzhanna wa-in antum illaa takhrushuuna

Katalanlah: “Apakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengungkapkannya kepada kami? Kamu tidak mengikuti kecuali prasangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanya berdusta.” (Al-An’am:148)
 

Tujuan Diciptakannya Manusia 
 Sebenarnya apa tujuan kita ini (manusia) diciptakan-Nya? Apa sebenarnya yang menjadi tujuan-Nya?
Setiap penciptaan sesuatu, pastilah punya tujuan. Seperti sama-sama telah kita ketahui, tiada sesuatupun diciptakan-Nya tanpa tujuan (QS. 3:191). 
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
alladziina yadzkuruuna allaaha qiyaaman waqu'uudan wa'alaa junuubihim wayatafakkaruuna fii khalqi alssamaawaati waal-ardhi rabbanaa maa khalaqta haadzaa baathilan subhaanaka faqinaa 'adzaaba alnnaari 

 “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. [3:191]
Lalu apakah tujuan penciptaan kita (manusia) di bumi ini oleh Allah Ta’ala? Hal ini sangat penting sekali kita ketahui apabila kita ingin berjalan di muka bumi ini sesuai dengan apa kehendak sang pencipta.
Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa tujuan penciptaan manusia ada 3 (tiga) yaitu:
1. Menjadi ABDI ALLAH (QS 51:56)
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
wamaa khalaqtu aljinna waal-insa illaa liya'buduuni 
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” [51:56]
Menjadi abdi Allah secara sederhana berarti ‘hanya bersedia mengabdi kepada Allah Ta’ala’. Tidak mengabdi kepada selain dari Allah Ta’ala, termasuk di dalamnya mengabdi kepada hawa nafsu dan syahwat kita sendiri. Melepaskan diri dari perbudakan hawa nafsu dan syahwat merupakan bagian dari tahapan pertaubatan yang harus dilakukan.
Contohnya seperti makna tersirat dari kisah Nabi Musa, ketika Musa A.S membebaskan Bani Israil (juga bermakna batin nafs muthmainnah) dari perbudakaan Fir’aun (makna batin: hawa nafsu dan syahwat), menuju tanah suci yang dijanjikan (makna batin: qalbun salim).
2. Menjadi SAKSI ALLAH (QS 7:172)
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتَ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
wa-idz akhadza rabbuka min banii aadama min zhuhuurihim dzurriyyatahum wa-asyhadahum 'alaa anfusihim alastu birabbikum qaaluu balaa syahidnaa an taquuluu yawma alqiyaamati innaa kunnaa 'an haadzaa ghaafiliina 

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", 

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتَ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
wa-idz akhadza rabbuka min banii aadama min zhuhuurihim dzurriyyatahum wa-asyhadahum 'alaa anfusihim alastu birabbikum qaaluu balaa syahidnaa an taquuluu yawma alqiyaamati innaa kunnaa 'an haadzaa ghaafiliina [7:172]
Artinya:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (Q.S. 7:172).
Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di hari akhir nanti.
Pada saat ini pula Allah Ta’ala telah menentukan kepadanya empat perkara , yaitu: (1) Ajal, (2) Rezeki, (3) Amal, serta (4) Keberuntungan dan Musibah (Hadits riwayat Muslim). 
3. Menjadi KHALIFAH ALLAH 
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاء وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ
wa-idz qaala rabbuka lilmalaa-ikati innii jaa'ilun fii al-ardhi khaliifatan qaaluu ataj'alu fiihaa man yufsidu fiihaa wayasfiku alddimaa-a wanahnu nusabbihu bihamdika wanuqaddisu laka qaala innii a'lamu maa laa ta'lamuuna 
Artinya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS 2:30)
Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk memakmurkan bumi. Banyak yang salah mengira bahwa menjadi khalifah berarti ‘menguasai’. Adam A.S bukanlah hanya manusia pertama, tetapi juga sebagai khalifah pertama. 
Untuk bertugas sebagai khalifah, tiap diri dapat berperan sebagai khalifah Allah di muka bumi ini, karena sesungguhnya seorang manusia baru berfungsi sebagai khalifah, adalah ketika ia berkarya di bumi ini berdasarkan misi nya yang Allah telah tentukan.
Masing-masing orang punya “Misi Suci” yang berbeda-beda, yang telah Allah tugaskan kepadanya. Berdasarkan misi suci inilah “untuk apa” seseorang diciptakan dan “menurut apa dimudahkan kepadanya”.
Dalam hadits Rasulullah SAW disebutkan: 
Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, sudahkah dikenal para penduduk neraka dan penduduk surga?” Jawab Rasulullah: “Sudah.” Lalu ia kembali bertanya: “Kalau begitu untuk apa manusia beramal ?” Rasulullah SAW menjawab: “Mereka beramal untuk apa dia diciptakan dan menurut apa yang dimudahkan kepadanya”. (Hadits Riwayat Bukhari). 
Kebanyakan manusia tidak mengetahui untuk apa dia dicipta di dunia ini. Sehingga -masuk akal- apabila ia tidak dapat menjadi wakil serta penjelmaan citra Allah di muka bumi sebagai khalifah bagi keturunannya (pemakmur bumi).
Ketika seorang berkarya di bumi ini sesuai dengan Misi Hidup nya, maka secara langsung ia telah berkarya sesuai dengan apa yang Allah kehendaki padanya. Maka secara langsung pula ia telah menjadi Abdi Allah secara hakiki.
وَمَا خَلَقْتُ لِيَعْبُدُونِ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا 
wamaa khalaqtu aljinna waal-insa illaa liya'buduuni 

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS 51:56)
Jin dan manusia diperintahkan harus patu dengan perintah Allah SWT. Jika jin dan manusia tidak mematuhi perintah-Nya, maka hancurlah mereka hidup di dunianya.
Seorang rakyat patuh kepada undang-undang yang telah dibuat oleh pemerintahnya.


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
wamaa khalaqtu aljinna waal-insa illaa liya'buduuni 

“Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaku”.(Qs. Al-Dzariat 51:56)

Sabda Nabi Muhammad S.a.w. :
“Kesempurnaan (ih’San) ialah menyembah (mengenal) Allah seperti engkau melihatnya.”

Allah menciptakan manusia sebagai mahluk yang sempurna, Adam serta Siti Hawa sebelum diturunkan kebumi Allah menguji Adam didepan para malaikat, itulah proses penyempurnaan, Memiliki akal dan hawa nafsu, seperti dalam firmannya kepada Adam dan sebagai Wahyu pertama yang diterima oleh manusia yaitu : 

وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاء كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاء هَـؤُلاء إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
wa'allama aadama al-asmaa-a kullahaa tsumma 'aradhahum 'alaa almalaa-ikati faqaala anbi-uunii bi-asmaa-i haaulaa-i in kuntum shaadiqiina 

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemu kakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (Qs. Al- Baqarah 2:31)

Karena memiliki hawa nafsu dan emosional maka ia berkeinginan, rasa ingin tahu dan fikiran nya pun berproses untuk mencerna apa yang didengar dan dilihatnya. Adam mendengarkan dan menghafal apa-apa yang telah diucpakan Allah. Proses penyempurnaan itu dimulai nya proses pendidikan pertama bagi manusia, dimulai dari Adam hingga ke anak dan cucu Adam, hingga akhir jaman, Nabi Muhammad Saw. proses penyempurnaan melalui wahyu melalui para Nabi-Nya di hentikan, karena umat manusia pada jaman pertengahan ini daya fakir dan kecerdasannya sudah dapat untuk mencari sendiri siapa Tuhan nya. Akan tetapi bagi orang-orang yang berpandangan pribadi yang diliputi berbagai tipuan, kesalahan dan kesombongan tidak dapat menemui Tuhannya. Orang-orang seperti itu yang tidak memiliki kesempurnaan dalam ciptaan-Nya, yang kelak akan di masukan kedalam api neraka. Jadi Tujuan kesempurnaan manusia untuk menempatkan kehidupan yang akan datang di akhirat, tempat kembali asal mula manusia sebagai masa depan manusia yang kekal yaitu Surga. Sekiranya umat manusia sudah mancapai kesempurnaan atau tidak sama sekali, jika sudah sampai pada batas waktu yang telah ditentukan-Nya maka Allah SWT. akan menghancurkan dunia dan alam semesta ini, tidak ada tempat berlindung bagi umat manusia atau mahluk-Nya

Allah menciptakan manusia sebagai mahluk yang sempurna, dengan mengkaruniakan akal dan nafsu. Setelah menciptakan manusia pertama Adam a.s. Allah SWT. mengajarkan nama-nama benda seluruhnya. Kemudian dari tulang rusuk Adam a.s. Allah menciptakan manusia kedua berjenis kelamin wanita untuk menemaninya, dan diberinama oleh Adam yaitu Hawa, artinya “Yang dirindukan”.

Dunia Sebagai Lembaga Pendidikan.

Dunia sebagai lembaga pendidikan.

Dunia bukanlah akhir dari sebuah kehidupan.
Kehidupan dunia adalah kehidupan semu yang penuh dengan tantangan dan cobaan. Dunia taklain adalah suatu lembaga pendidikan, kita dituntut untu belajar dan menuntut ilmu yang dapat menghantarkan manusia kepada Khaliqnya
Dunia bukanlah akhir dari sebuah kehidupan,
Setelah kehidupan di dunia masih ada kehidupan lain, yang menunggu, yaitu kehidupan akhir kehncuran alam dunia, yang kelak setiap diri manusia akan menerima catatan penentuan yang yang telah di usahakan selama di dunia, yaitu lulus dan tidaknya. Itulah kehidupan akhir bagi manusia, masa depan bagi seluruh umat manusia, sebagai hasil dari penyaraingan dan bagi yang beruntung akan di wisuda, yang telah berhasil dalam seleksi dunia akan ditempatkan pada kehidupan yang hakiki dan meni’mati hasil usahanya selama hidup di dunia.
   
  B.S. Smangkuto.

Siapa saya? Dan Mengapa saya?
Kamu terlahir diatas dunia ini sebagai cucu Adam.
Bumi ini, bukanlah tempat tinggalmu yang sesungguhnya.
Di bumi ini tak lain hanya kehidupan semu yang bersifat sementara saja, supaya kalian dapat mengetahui dan mengenal penciptaan dirimu dan seluruh alam semesta ini;. Taklain sebagai tanda-tanda kekuasaan-Nya.

Ketahuilah bumi itu sebagai lembaga pendidikanmu dan ujian untuk meraih masa depan mu dan kehidupan yang hakiki!
Untuk itu lah Nenek moyangmu (Adam dan Hawa) diturunkan kebumi untuk mengajarkan ke anak cucunya supaya merahi pengetahuan dimuka bumi ini, agar dapat mengenal Tuhannya.

Ingatlah bahwa kau juga tidak memiliki pengetahuan apapun ketika tercipta mula pertama dari rahim Ibumu, lalu Allah SWT. memberi pengetahun


 Tujuan manusia di atas bumi ini ialah untuk berfikir atas kejadian dirinya, memimpin dirinya sendiri maupun lingkungannya dalam mencari jalan menuju kampung asalnya yaitu akherat.
Manusia diperintahkan untuk belajar dan membaca, agar dapat mengenal Tuhannya. Seperti yang terdapat didalam surat Al-‘Alaq 96:1-5
Allah SWT. Menciptakan manusia dari segumpal darah menajadi manusia sebagai mahluk yang mulia, paling lengkap dan sempurna yang dikaruniai akal dan pikiran, ilmu pengetahuan dan kekuasaan yang dapat menundukan mahluk-mahluk lain dimuka bumi ini. Dalam pada itu, Allah SWT. juga mengajarkan kepada manusia dengan perantara kalam(pena) dan Dialah yang mengajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang amat bermanfaat bagi umat manusia seluruhnya, tanpa terkecuali apapun.
Allah mengatakan ancaman dan kebencian –Nya terhadap pengacau, yang mempunyai sifat-sifat aneh, sikap bodoh, sombong, takabur serta congkak.

 Allah menciptakan manusia sebagai mahluk yang sempurna dengan mengkaruniai akal dan nafsu, dalam penciptaannyapun melalui proses secara bertahab. ……………………. 
Setelah menciptakan Adam a.s. lalu Allah mengajarkan nama-nama benda seluruhnya. Adam a.s. hidup di surga sendirian tidak ada teman sejenisnya dan merasa kesepian, lalu dari tulang rusuk sebelah kiri Adam a.s. Allah menciptakan manusia kedua berjenis kelamin wanita untuk menemani Adam dan diberi nama oleh Adam Siti Hawa yang artinya “Yang dirindukan” selanjutnya Allah menikahkan keduanya sebagai suami isteri, mereka hidup berda mpingan di surga dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan. 

Setelah Allah menciptakan Adam a.s. Allah berfirman: 





“Hai Adam bertempat tinggalah kamu dan istrimu di surg. Serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini (aurat), lalu menjadikan kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim” (Al-A’raf 7:19)

 Setelah beberapa waktu lamanya Adam a.s dan Siti Hawa isterinya hidup di Surga dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan. Datanglah Ibelis menghampiri dan membisikan keduanya untuk memperdayakan larangan Allah yaitu untuk menampakan auratnya yang tertutup dan akhirnya mereka bercampur. Allah mengetahui perbuatannya, Allah pun murka Tuhan mereka menyeru mereka: 

فَدَلاَّهُمَا بِغُرُورٍ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْءَاتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِن وَرَقِ الْجَنَّةِ وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَن تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُل لَّكُمَا إِنَّ الشَّيْطَآنَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُّبِينٌ
fadallaahumaa bighuruurin falammaa dzaaqaa alsysyajarata badat lahumaa saw-aatuhumaa wathafiqaa yakhshifaani 'alayhimaa min waraqi aljannati wanaadaahumaa rabbuhumaa alam anhakumaa 'an tilkumaa alsysyajarati wa-aqul lakumaa inna alsysyaythaana lakumaa 'aduwwun mubiinun 
“maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?"” (Al-A’raf 7:22)

Adam dan Hawa sangat menyesali atas kebodohannya ketidaktahuan akan ilmu fikiran dan tindakan perbuatannya yang telah dilakukannya, maka keduanya berkata:

قَالاَ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
qaalaa rabbanaa zhalamnaa anfusanaa wa-in lam taghfir lanaa watarhamnaa lanakuunanna mina alkhaasiriina 

 “Ya Tuhan kami, kami telah menganiyaya dirikami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (Al-A’raf 7:23)

 Adam dan Hawa telah menyesali atas ketidak tahuannya dan mereka memohon kepada Allah agar diampuni atas kebodohannya dan memohon rahmat-Nya. 

sebagai suami isteri lajimnya dan kelak akan membuahkan seorang anak, akan tetapi Allah tidak menginginkan Siti Hawa melahirkan anaknya di Sorga karena Allah menginginkan anak Adam terlahir sebagai manusia yang sempurna yaitu yang memiliki akal dan nafsu, dan perkembangan jasmani maupun yang utama rohani nya melalu proses yang panjang, yaitu lahir sebagai kertas putih yang kosong yaitu berdasarkan fitrah manusia.
 Atas kejadian tersebut maka Allah berfirman kepada keduanya: 




“Turunlah kamu sekalian, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan yang hakiki di surga) di muka bumi sampai batas waktu yang telah ditentukan.” (Al-A’raf 7:24)

 Adam dan isterinya di turunkan kedunia, untuk membimbing anak-anak dan cucunya agar dapat kembali kekampung halaman yaitu Surga.
Allah berfirman:
قَالَ فِيهَا تَحْيَوْنَ وَفِيهَا تَمُوتُونَ وَمِنْهَا تُخْرَجُونَ
qaala fiihaa tahyawna wafiihaa tamuutuuna waminhaa tukhrajuuna 

 “Dibumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan di bangkitkan” (Al-A’raf 7:25)

Adam dan Hawa diturunkan dibumi di pisahkan barat dan timur. Selang beberapa waktu lamanya barulah mereka bertemu. Maka Allah mengingatkan kembali kepada keduanya.

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلاً خَفِيفاً فَمَرَّتْ بِهِ فَلَمَّا أَثْقَلَت دَّعَوَا اللّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحاً لَّنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ
huwa alladzii khalaqakum min nafsin waahidatin waja'ala minhaa zawjahaa liyaskuna ilayhaa falammaa taghasysyaahaa hamalat hamlan khafiifan famarrat bihi falammaa atsqalat da'awaa allaaha rabbahumaa la-in aataytanaa shaalihan lanakuunanna mina alsysyaakiriina

“Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menviptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung …… (Al-A’raf 7:189)

Menurut riwayat yang masyur dari Ibnu Abbas, dikeluarkan oleh Imam-Imam: Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Al-Hakim, Ibnu Saad dan Ibnu A’sakir :
Nabi Adam mula-mula diturunkan ditanah Hindustan dan Ibu Hawa di Jeddah. Keduanya bertemu kembali di Muzdalifah. Sesudah tua usianya ia menginggal ditanah Hindustan dan dikuburkan disana. Sesudah satu tahun maka wafatlah Ibu Hawa’ di jeddah dan dikuburkan disana pula.

Ingatlah bahwa kau juga tidak memiliki pengetahuan apapun ketika kau tercipta mula pertama (dari rahim ibu mu), lalu Allah memberimu pengetahuan, dan alangkah banyaknya ahl-hal yang tidak terjangkau oleh pengetahuanmu, yang pikiranmu menjadi bingung karenanya, pandanganmu tersesat karenanya, namun dilain kesempatan, setelah itu, kau dapat memahami dengan baik, oleh sebab itu, teguhkan hubunganmu dengan Dia yang menciptakanmu, memberimu rizki dan menyempurnakan dirimu. Hendaknya semua pengabdianmu hanya untuk Dia. Dan kepadanya-Nya saja rasa takutmu kau arahkan.


Rasulullah Saw. bersabda:
“Setiap diri kalianadalah pemimpin. Dan ia akan dimintai pertanggungan jawab terhadap apa yang ia pimpin. Seorang iman adalah pemimpin, ia akan dimintai pertanggungan jawab terhadap yang dipimpinnya(rakyatnya). Setiap laki-laki adalah pemimpin di dalam keluarganya dan ia akan dimintai pertangungan jawab terhadap yang ia pimpin. Setiap perempuan adalah pemimpin di dalam rumah suaminya dan ia akan dimintai pertanggung jawab pula dengan apa yang ia pimpin. Seorang pembantu adalah pemimpin di dalam harta majikannya dan ia akan dimintai pertanggungan jawab atas hartanya. Setiap dirimu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungan jawab atas yang ia pempinnya” (AR. Muttafag’ Alaih)

Wahai penanggung jawab pendidikan, apabila engkau menyerahkan kehidupan anak di dalam persemaian yang buruk, saya takut engkau akan menghadapi balasan keburukan yang berlipat ganda. Engkau akan diazab Allah disebabkan telah menjerumuskan permata yang sangat berharga dan mulia kedalam kesesatan yang nyata, juga akan diazab untuk kedua kalinya karena engkau sendiri telah menerumuskan diri dan bergelut dalam keburukan itu pula.


Dalil Indra dalam mengenal Allah SWT.

ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
dzaalika alkitaabu laa rayba fiihi hudan lilmuttaqiina 

”Kitab ini (Al-Qur’an) tidak ada keraguan padanya dan petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS Al-Baqarah:2).

 “Kupesankan kepadamu, yang ingin kusampaikan kepadamu, sebelum ajal mencapaimu, dan sebelum pikiranmu melemah seperti melemahnya tubuhmu yang semakin tua, atau kau akan terhalang oleh berbagai gelora hawa nafsu yang mungkin melintas di hadapanmu, serta cobaan dunia yang dapat menjadi kam mu bagai kuda liar yang banal.”
 Sungguh pun hati kamu remaja, ibarat tanah kosong; apapun yang di campakan ke atasnya, akan diterimanya begitu saja. (Imam Ali A.s)

Dalil ini yang dapat menunjukan kepada kita adanya Allah, terdapat dalam dua hal; 
Pertama: Mendengarkan dan menyaksikan orang-orang yang dikabulkan do’anya, ditolongnya orang-orang yang dalam menghadapi kesulitan, terkabulnya do’a tersebut. Sejak zaman Nabi dan Wali Allah hingga kini, jika kita yakin dan sungguh-sungguh dalam ber do’a insya Allah apa yang menjadi hajatnya akan terkabul.
Kedua: Tanda-tanda kenabian sorang utusan Allah, yang disebut mukjizat yang banyak orang nebdengar dan menyaksikan pada zamanny yang dicatat dalam kitab-kitab samawi (al-Qur’an), adalah bukti kuat adanya Dzat yang Maha Agung yang mengutus mereka. Karena hal itu (mukjizat) diluar kemampuan manusia maka mukjizat diberikan Allah SWT. untuk menguatkan dan membela para Rasul-Nya dalam menyampaikan Risalah. Adapaun tentang mukjizat ini banyak diterangkan dalam kitab-kitab “Samawi” .























Bab II
Siapa Nabimu

2. Siapa Nabimu?  
Dunia sebaga Lembaga Pendidikan

إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولاً شَاهِداً عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَى فِرْعَوْنَ رَسُولاً
innaa arsalnaa ilaykum rasuulan syaahidan 'alaykum kamaa arsalnaa ilaa fir'awna rasuulaan 

“Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (hai orang kafir Mekah) seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Fir'aun. “ (Al Muzzammil: 73:15)

Pengetahuan manusia pada masa itu masih rendah pengetahunanya, untuk itulah Allah menurunkan para Rasul-Nya secara bertahap, dari waktu ke waktu dari tahun ketahun dan bahkan dari masa kemasa. Perkembangan pemikiran nya semakin pesat,

Allah mengutus para Rasul-Nya kepada setiap umat dalam masa yang berbeda-beda. Bertujuan agar umat manusia tidak salah dalam mengenal Tuhannya, sehingga ia tidak tersesat dalam fitrahnya. Para Nabi dan Rasul, menerima wahyu Illahi sebagai petunjuk untuk umat manusia, sebagai Pengajar dan Khalifah di muka bumi ini dengan satu tujuan kalimat “Tauhid”, agar umat manusia tidak tersesat sampai kampung akherat. 

 Tiga landasan utama inilah setiap umat manusia dapat mengimaninya dan mengamalkannya. Karena dari ketiga pertanyaan inilah sebagai ujian akhir di alam kubur, setelah melewati beberapa ujian semasa hidupnya. Kelak pada saat yang ditentukan semua manusia akan dipertanyakan dan akan menerima catatannya masing-masing, sesuai dengan amalannya selama hidup didunia.

Sedangkan kehidupan di alam dunia taklain? Dunia sebagai alat bagi manusia. bukan manusia yang menjadi alat bagi dunia

Kehidupan di alam dunia taklain sebua lembaga pendidikan, dan diri kita siswa yang sedang menuntut Ilmu untuk belajar, kepada sang guru (Para Rasul dan alim Ulama). Maka hendaknya tuntutlah ilmu, sebanyak-banyaknya, dan ilmu yang tertinggi adalah Ilmu Allah(Tauhid Uluhiyah).

Dunia ini sebagai lembaga pendidikan. Jika kita lihat wahyu pertama yang diterima kepada Nabi akhir zaman yaitu Al-‘Alaq (segumpal darah), yang isinya perintah untuk membaca dan menulis.
 Allah menurunkan para Nabi dan Rasulnya kepada setiap zaman dan masa-masa tertentu, jika kita perhatikan para Rasul-rasul terdahulu , yang mewakili zaman-zaman tertentu, dari zaman Nabi Adam a.s. sampai kezaman Nabi Musa a.s. wahyu yang diturunkan belum belum terlalu berat, karena pada masa-masa tersebut daya fikir dan nalar otak manusia belum terlalu cerdas. Ibarat anak yang baru lahir dari rahim ibunya, dia baru belajar bicara, dalam dunia pendidikan masih setaraf Taman Kanak-kanak (TK), maka Allah pada masa itu belum menurunkan wahyunya yang berupa kitab, pada zaman tersebut baru menerima “Suhuf” yaitu wahyu yang diterima oleh para Nabi dan dikumpulkan menjadi suhuf semacam brosur-brosur kecil, yang berupa gambar-gambar yang ditulis pada kulit-kulit kayu maupun kulit binatang. 

Nbi Musa. As.
Dan pada zaman Nabi Musa a.s. masih menerima wahyu berupa “Suhrf” dan satu buah kitab. Beliau menerima 10 Suhuf dan satu buah kitab yaitu Taurat. Berupa wahyu yang turun dan dikumpulkan dan di bukukan menjadi kitab Taurat. Pada zaman inilah manusia sudah mengenal tulisan, dan kitat Taurat isinya barupa hokum-hukum dalam kehidupan manusia , jika disetarafkan dalam pendidikan ibarat dari tingkatan TK, pindah ke taraf SD. Maka Nabi Musa. As. masih menerima Suhuf, karena pada masa itu manusia belum pandai membaca tulisan.

Nabi Daud. As.
Setelah masa berlalu Allah menurunkan Nabi Daut. As. pada jaman Nabi Daud. As. Suhuf sudah tidak diterima Nabi Daud. As. hanya menerima kitap yang ditulis yaitu Jabur, kitab Jabur berupa Puji-pujian terhadap ke Agungan dan ke Besaran Allah SWT. jika disetarafkan dalam pendidikan ibarat dari tingkatan SD, pindah ke taraf SMP.
 
 Dalam Al-Qur’an, wahyu pertama yang diterima kepada Nabi Muhammad Saw. tentang pendidikan, seperti dalam surah Al-‘Alaq Ayat 1-5. Kita diwajibkan semua manusia untuk pandai membaca dan menulis, sebagai dasar dan kunci ilmu pengetahuan, sebagai alat komunikasi dan dunia informatika


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
iqra/ bi-ismi rabbika alladzii khalaqa  
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,” 96:1

خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ
khalaqa al-insaana min 'alaqin  
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. [96:2

اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
iqra/ warabbuka al-akramu 
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, 96:3 
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
alladzii 'allama bialqalami 
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 96:4

عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
'allama al-insaana maa lam ya'lam 
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. 96:5

1] Iqra’ bismirabbikal ladzii kha laq. 2] Khalaqal insaana min ‘alaq 3] Iqra’ wa rabbukal akram. 4] Alladzii ‘allama bil qalam. 5] Allamal insaana maa lam ya ,lam.

1. Bacalah dengan menyebut Asma Allah Tuhanmu yang menciptakan.
2. Allah telah menciptakan manusia dari segumpal darah
3. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling Mulya.
4. Yang mengajarkan manusia dengan perantara qalam (pena)
5. Allah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
 
(Tafsir pase hal: 243.)
1. Allah SWT. memerintah kan Nabi dan umatnya agar membaca, walau beliau belum pandai membaca dan menulis. Maka dengan kekuasaan dan kodrat Allah, Nabi Muhammad SAW. dapat membaca, dengan mengikuti ucapan malaikat Jibril. Dari tradisi masyarakat Arab dengan adanya wahyu ini, timbul budaya baca-membaca, yang merupakan pangkal tolak kebangiktan bangsa tersebut, dalam waktu relatif singkat (+/- 23 Thn).
Allah SWT. Maha pemurah kepada siapa saja yang memohon pemberian-Nya. Allah telah menganugrahkan kepandaian membaca kepada Nabi. Dan umatnya bangkit dari dari alam kealam nurul hidayah, kearah kemajuan pesat sehingga dapat meruntuhkan Daulah Romawi dan Persi yang cukup kuat dan besar pengaruhnya waktu itu. 
2. Selanjutnya, Allah menjelaskan bagaimana Allah AWT menciptakan manusia dari segumpal darah menjadi manusia sebagai mahluk dunia, paling lengkap dan sempurna yang dikaruniai dengan akal pikiran, ilmu pengetahuan dan kekuasaan yang dapat menundukan mahluk-mahluk lain di muka bumi.
4. Dalam pada itu Allah juga mengajarkan manusia dengan perantara kalam (pena), ini berarti Allah memerintahkan kepada Nabi dan segenap umatnya, agar dapat menulis dan membaca untuk mencatat segala apa-apa yang telah diajarkan-Nya, dan diperintahkan untuk menyampaikan kepada orang lain di berbagai tempat dan waktu yang berbeda.
 Dengan diturunkannya surah Al-‘Alaq sebagai surah pertama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. dapat kita simpulkan bahwa manusia harus dapat membaca dan menulis, karena baca, tulis sebagai kunci dari ilmu pengetahuan.
Dengan kalam dan pena, Allah sudah menunjukan kepada kita suatu media komunikasi, sehingga manusia dapat berhubungan satu sama lain melalui medaia tulis.
Dan dengan membaca, manusia dapat membaca ayat-ayat Allah, yang ada di sekitarnya dan segenap alam semesta, dengan demikian manusia dapat mengenal Tuhannya.
 Melalui baca dan tulis manusia memasuki pintu gerbang komunikasi dan informatika, maka akan dapat menguasai saint dan technologi. Dengan demikian manusia akan mengetahui siapa yang mengadakan ini semua, kesempurnaan dan keselarasan kehidupan di alam dunia ini, yang telah melengkapi kebutuhan hidup dan hajat manusia. Apakah kebutuhan hidup yang menjadi hajat manusia?
 Manusia haus akan pengetahuan dan selalu bertanya untuk mencapai kepuasan, sedang kepuasan manusia tidak pernah berhenti dan tak pernah merasa puas terhadap apa yang didapatinya, maka dia tidak pernah berhenti untuk mencari jawabannya. Pada akhirnya dia pun akan berhenti dengan sendirinya
Bab III



Bab II

 AGAMA YANG MENJADI FITRAH MANUSIA



3. Apa Agamamu?. 
Hajat manusia akan agama begitu sangat pentingnya bagi kehidupan bukan hanya sebagai pedoman hidup saja juga sebagai perlindungan dan juga untuk berharap mengucapkan bersyukur, berterima kasih atas keni’matan di muka bumi ini. 

أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ
am khuliquu min ghayri syay-in am humu alkhaaliquuna 

“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?” (ath-Thur 52:35)





أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بَل لَّا يُوقِنُونَ
am khalaquu alssamaawaati waal-ardha bal laa yuuqinuuna 

“Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).” (ath-Thur 52:36)

Hidup beragama itu merupakan fitrah manusia, orang yang tidak beragama berarti ia menentang fitrahnya. Kita sudah mengetahui dirikita dan seluruh yang ada ini pastilah ada yang memulainya., tidak terjadi dengan sendirinya.
Banyak manusia yang bingung dalam memilih Agama, mana yang benar dan mana yang salah, atau semua Agama adalah benar menuju yang Maha Pencipta. Dan ada yang mengumpamakan bahwa Agama ibarat airsungai yang mengalir dan akan bermuara kelautan.tapi ada agama yang menyatakan Ibarat air hujan yang turun dari langit dan menyirami bumi yang gersang dan menjadi subur.

. Dalam firman-Nya.:
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيناً فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
waman yabtaghi ghayra al-islaami diinan falan yuqbala minhu wahuwa fii al-aakhirati mina alkhaasiriina

“Barangsiapa mencari agama selain agama islam maka tidak akan diterima daripadannya, dan di akhirat ia termasuk orang-orang yang merugi.” (Ali Imran3:85)

Untuk menghilangkan ketidak tahuannya maka Allah mengutus para Rasul kepada setiap umat dalam masa yang berbeda-beda..
Agama murupakan pengajaran kepada kita suatu tuntunan hidup menuju masadepan manusia



قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِن كُنتُمْ فِي شَكٍّ مِّن دِينِي فَلاَ أَعْبُدُ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللّهِ وَلَـكِنْ أَعْبُدُ اللّهَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ .الْمُؤْمِنِينَ
qul yaa ayyuhaa alnnaasu in kuntum fii syakkin min diinii falaa a'budu alladziina ta'buduuna min duuni allaahi walaakin a'budu allaaha alladzii yatawaffaakum waumirtu an akuuna mina almu/miniina 

Katakanlah: "Hai manusia, jika kamu masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, maka .(ketahuilah) aku tidak menyembah yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan mematikan kamu dan aku telah diperintah supaya termasuk orang-orang yang beriman", (Yunus 10:104)




“Maka arahkanlah wajahmu kepada agama yang lurus; tetaplah konsisten pada fitrha Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dengan konstruksi fithrah tersebut; tidak ada perubahan pada fithrah Allah; itulah agama yang benar meskipun banyak manusia tidak memahaminya (ar-Rum[30]:30)

Dalam kitab Samawi, Taurat, Jabur, Injil dan Al-Quran sebagai kitab terakhir yang diturunkan oleh sang pencipta jagad raya ini kepada manusia, sebagai buku petunjuk yang di khususkan bagi jin dan manusia di seluruh dunia. Allah mengajak agar tidak mengikuti secara buta kepada kepercayaan dan norma-norma yang diajarkan masyarakat. Akan tetapi memikirkannya dengan terlebih dahulu menghilangkan segala persangka, hal-hal yang tabu dan yang mengikat pikiran mereka.

إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِن بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطِ وَعِيسَى وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُوراً
innaa awhaynaa ilayka kamaa awhaynaa ilaa nuuhin waalnnabiyyiina min ba'dihi wa-awhaynaa ilaa ibraahiima wa-ismaa'iila wa-ishaaqa waya'quuba waal-asbaathi wa'iisaa wa-ayyuuba wayuunusa wahaaruuna wasulaymaana waaataynaa daawuuda zabuuraan 

“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, 'Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” Qs.4:[163]


Manusia harus memikirkan bagaimana ia menjadi ada, apa tujuan hidupnya, mengapa ia suatu saat akan mati dan apa yang terjadi setelah kematian. Ia hendaknya mempertanyakan bagaimana dirinya dan seluruh alam semesta menjdi ada. Ketika melakukan hal ini, ia harus membebaskan diri dari segala ikatan dan prasangka.
Dengan pikiran dan akal yang sehat dan nurani yang bebas dari segala ikatan sosial dan peraturan-peraturan keagamaan yang dapat berpengaruh dengan idiologis dan psikologis diri kita, maka pada akhirnya akan merasakan bahwa seluruh alam semesta termasuk dirinya telah diciptakan oleh sebuah kekuatan Yang Maha Tinggi, 
Siapakah pemilik kekuatan itu? Mengapa semua ini ada? Pesan apakah yang diberikan kepada kita?. Manusia terus mencari keberadaan ini, yang akhirnya timbulnya pemikiran-pemikiran kepercayaan kepada sang Pencipta, yang mengatur jagat raya ini.
Betapa pentingnya agama bagi kehidupan manusia, untuk itulah Allah mengutus para Rasul-Nya kepada setiap umat dalam masa yang berbeda-beda. Hidup beragama itu merupakan fithrah manusia, orang yang tidak beragama berarti ia menentang fithrahnya, ada pula sebagian agama yang memang sengaja dibuat oleh manusia itu sendiri, seperti Agama Hindu, Budha, Zoroaster, Shinto, Yahudi dan Kristen.



Agama
Kata “Agama” Bukan berasal dari bahasa arab tetapi berasal dari bahasa “Sansekerta”, dalam terminologi kata Agama sama dengan peristilahan bahasa Inggris yaitu “Religion” atau dalam peristilahan sehari-hari “Religi”, yang dimaksud adalah Agama ialah “kepercayaan dan penyembahan kepada Tuhan atau kepada Yang Maha Mengetahui” Jadi Agama dapat kita artikan sebagai kepercayaan kepada yang Maha.
Agama dalam makna Ad-Din adalah suatu peratuaran maupun nasehat yang diturunkan Allah kepada para Anbiya dan Rasul-Nya, bagi keselamatan dan kebahagiaan hidup sebelum mati maupun hidup sesudah mati peratuaran itu mengandung tuntunan dan petunjuk maupun nasehat-nasehat, pelajaran dan pendidikan, contoh tauladan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sebelum maupun kehidupan sesudah mati. Jadi apa yang dinamakan Agama adalah Peraturan-peraturan maupun Nasehat-nasehat Allah atau Undang-undang suci itu mengandung segala faktor-faktor kehidupan dalam semua segi, dalam segenap kepentingan dan keperluan hajat manusia selama hidup nya di dunia menjelang alam Baqa.
  Ada beranekaragam kepercayaan, yang merupakan hasil spekulasi manusia diantaranya:

1. Animisme, yaitu kepercayaan yang menganggap segala barang atau benda yang diatas dinia ini adalah berjiwa.
2. Politheisme, kepercayaan yang serba Tuhan.
3. Deisme, yaitu kepercayaan yang adanya satu Tuhan tanpa mengakui wahyu yang datang dari-Nya. Tuhan dalam aliran ini bukan Tuhan yang manusia dapat menyembahnya.
4. Pantheisme, suatu kepercayaan yang beranggapan Tuhan terdapat dalam setiap benda di alam ini bagaikan “ater” yang menyelinap dimana-mana (God is everything and wverything God).
5. Atheisme, Tuhan itu tidak ada. Menurut filosof Jerman Schopenhaver (1788 – 1860) mengatakan “Pantheisme” itu pada hakekatnya sama dengan “Atheisme”

Dalam hal ini manusia berspekulasi terhadap Tuhan, sudah jelas manusia membutuhkan kepada bimbingan yang benar dan bernilai mutlak untuk kebahagiaan dunia dan alam setelah mati (akherat). Segala yang mutlak hanya ada pada Allah, Tuhan semesta alam, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang memiliki 99 nama-nama indah dan mempunyai 20 sifat yang baik-baik dan 20 sifat kebalikannya. Dimana ajarannya? dan pada kepercayaan apa yang sesuai dengan fitrah manusia? …….
 
Berkaitan dengan kepercayaan yang merupakan hasil spekulasi dan pengembangan tatanan kehidupan manusia, maka manusia mencoba untuk mencari-cari agama yang dapat memberikan kepuasan, ketenangan lahir maupun batin. Setelah berlalu pada masa orang yang mengembangkan tersebut berlalu maka aliran-aliran Agama di beri nama kepada orang yang mengembangkannya, kadang diberi nama kepada sukubangsa dimana agama itu lahir, misalnya :

Zoroaster berasal dari Persia, nama ini diambil dari nama pendirinya yaitu “Zoroaster”, meninggal tahun 583 SM.

Buda (Budhisme) berasal dari nama Sidharta Gautama Buda lahir tahun 560 SM di India.

Hindu (Hinduisme) berasal dari kumpulan dari macam-macam Agama dan tanggapan tentang dunia dari orang-orang India itu sendiri.  

Yahudi (Judaisme) agama yang dianut orang-orang Yahudi dan berasal dari Jews, asal nama dari negara Juda (Judea) atau Yahuda.

Tao (Taoisme) berasal dari ajaran filsafat pemikiran-pemikiran spontanitas dan khayalan orang-orang Cina. Ajaran Tao berkembang menjadi Agama pada jaman dinasti Han (206 – 220 SM).

Kristen Mulanya Agama ini adalah agama wahyu, yang diturunkan Maha Pencipta kepada Nabi Isa. A.s. akan tetapi wahyu-wahyu yang diterima Nabi Isa. A.s setelah beliau diangkat ke langit oleh Allah, wahyu-wahyu tersebut banyak dirubah-rubah oleh pengikut-pengikutnya yang berkhianat.

 



 
 


“Dan diantara orang-orang Yahudi, mereka merubah kalam Allah dari yang sebenarnya; dan mereka mengatakan: “Kami dengar tetapi kami tidak mentaatinya” (An-Nisa’[4]:44 dan 46)”

 Nama Kristen yang berasal dari orang yang dipujanya yaitu “Jesus Crist” dalam al-Quran agama ini sering disebut sebagai agama Nasrani dimana tempat berkembangya dan kelahirannya Nazareth.

Islam (Agama Wahyu). Nama tersebut berasal dari wahyu Allah. SWT. seperti yang terdapat dalam kitab al-Qur’an.
Agama Islam, tidak dinamakan agama Muhammad, seperti yang disebut-sebut orang-orang barat, yaitu Mohammedanism dan Mohammedan. Istilah ini tidak tepat, karina agama ini bukan paham Muhammad atau pemujaan terhadap Muhammad, agama Islam diberikan nama oleh Allah SWT.







“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu dan telah Kucurahkan nikmat-Ku kepadamu, dan telah Kuridhai Islam menjadi agamamu.” (al-Maidah[]:3)



Hanya satu Agama yang di terima Allah.
  
 Seperti yang telah kita ketahui dengan ke-Esaan sang Pencipta, hanya menurunkan satu ajaran tauhid sesuai dengan fithrah manusia, yaitu agama Tauhid Agama yang bersumber dari pencipta jagad raya ini; yaitu Agama Tauhidullah (ke-Esaan Allah)
Langit dan Bumi penciptanya adalah Allah, dan pemilik semua yang ada hanya Allah, tidak ada tuhan pencipta kecuali Allah. Dan Dia hanya menurunkan satu ajaran 

 “Maka arahkanlah wajahmu kepada agama yang lurus; tetaplah konsisten pada fithrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dengan konstruksi fithrah tersebut; tidak adaperubahan pada fithrah Allah; itulah agama yang benar meskipun banyak manusia tidak memahaminya” (ar-Rum[]:30)

Apakah agama yang lurus itu? Agama apakah yang sesuai dengan fithrah manusia ?.
ke-Esaan sang Pencipta, hanya menurunkan satu ajaran sesuai dengan fithrah manusia, yaitu agama Tauhid Agama yang bersumber dari pencipta jagad raya ini; yaitu Agama Islam sebagai ajaran Tauhidullah (ke-Esaan Allah)
Sejak manusia diciptakan Allah SAW. sudah mengikrarkan syahadat-Nya tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah.
Agama yang berada diluar sistem ke Tauhidan tidak mendapatkan pengakuan dari Allah.

Dalam Al-Qur’an di jelaskan:








Artinya:
“Sesungguhnya agama yang diakui di sisi Allah adalah agama Islam; dan tidak ada pertentangan di kalangan ahli kitab tentang kebenaran agama Islam kecuali setelah adanya kedengakian dalam hati mereka, maka siapa yang ingkar kepada ayat-ayat Allah, sesungguhnya Allah cepat perhitungan-Nya.” (Ali Imran[]:19) 

“Sesungguhnya agama yang diakui di sisi Allah adalah agama Islam” mengapa? Bumi dan seluruh alam semesta beserta isinya adalah bersumber kepada yang Maha Esa, dan Dia hanya menurunkan ajaran dan petunjuk hanya satu ajaram dan satu petunjuk, maka Allah tidak menerima ajaran dan petunjuk selain dari-Nya.

Sebuah contoh: Didalam suatu rumah tangga sudah pasti mempunyai peraturan didalam keluarga tersebut, jika salahseorang anak melanggar peraturan tersebut pastilah kena damprat orang tua, apalagi keadaannya semakin parah tidak menghargai bahkan mengakui orangtuanya mungkin dia tidak diakui sebagai keluarga katalain diusir dari rumahnya atau dipecat jadi anak.
Begitujuga seorang pembantu rumah tangga, begitu rajin dalam bekerja, telaten mengurus keluarga majikannya, tetapi ada satuhal dia tidak mengakui dan menghargai majikannya sebagai tuan-nya.



“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka Allah tidak akan menerimanya dan ia di Akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Ali Imran[]:85)



“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu dan telah Kucurahkan nikmat-Ku kepadamu, dan telah Kuridhai Islam menjadi agamamu.” (al-Maidah[]:3)

Apakah amalan dan Perbuatan Baik Non Muslim tidak akan di terima.
Apakah perbuatan baik yang dikerjakan oleh seorang non muslim dapat diterima?
Jika diterima berarti tidak ada perbedaannya seorang non muslim dengan sorang muslim dan bahkan dengan orang yang tidak beragama samasekali, yang penting hidup harus berbuat baik di dunia dan tidak merugikan orang lain.

Dan sekiranya tidak diterima, bahkan perbuatannya itu laksana debu yang bertebaran, tidak mendapatkan pahala dan balasan dari Allah. Maka bagaimana hal itu akan sejalan dengan keadilan Tuhan? Dan bagai mana dengan para penemu-penemu yang berhasil misalnya Pasteur, Edison, dan sebagainya yang dapat mengangkat peradaban dan derajat manusia ketaraf kehidupan yang lebih tinggi dan maju? Dan hasil dari penemuannya dapat kita nikmati hingga kini.

Justru ini lah letak keadilan Allah SAW. semua yang ada tidak pernah sia-sia termasuk amal dan perbuatan manusia di atas bumi ini. Allah tidak pernah menyia-nyakan terhadap ciptaannya, semua akan menerima dan mendapatkan apa yang di inginkan mahluk-Nya. begita pula dengan amal dan perbuatan baik Non Muslim, dia akan mendapat ganjarannya sesuai dengan yang di usahakannya, pahala baginya akan didapati didunia. Namanya akan dikenag sepanjang masa, dan ditulis pada tinta emas.

 Sedangkan amalan pada kepercayaan kepada sang pencipta tidak akan dapat di toleril lagi dalam arti tidak diterima, dia laksana fatamorgana, dia seolah-olah melihat sang penciptanya padahal tidak. Seperti yang telah kita ketahui contuoh diatas dalam suatu rumah tangga.
 
Dengan ke-Esaan sang Pencipta, hanya menurunkan satu ajaran tauhid sesuai dengan fithrah manusia, yaitu agama Tauhid Agama yang bersumber dari pencipta jagad raya ini; yaitu Agama Tauhidullah (ke-Esaan Allah)
  
Islam yang Hakiki dan Islam yang Geografi
Ketika kita mengatakan bahwa seseorang adalah Muslim atau non-Muslim, kita takdapat memperhatikan realitas dan hakikat, tapi hanya melihat posisi geografis yaitu lingkungan sekitarnya. Misalnya suatu daerah dimana lingkunagnnya mayoritas islam, maka disebut orang muslim, begitu juga jika suatu daerah tersebut mayoritasnya kristen maka akan disebut orang kristen. Pernyataan seperti ini tidak memiliki nilai hakiki, baik sebagai muslim maupun sebagai kristen. Kebanyakan diantara kita adalah orang-orang islam yang ikut-ikutan, karena orang tua kita islam maka saya islam, atau kita tumbuh dewasa dilingkungan islam maka kita islam. Nilai islam seperti ini bersifat geografis yang tidak memiliki ke kuatan dan mudah goyah.










Bab IV


MANUSIA PILIHAN DAN KITAB SUCI

3. Siapa Nabimu?
“sesungguhnya manusia itu dahulunya adalah satu umat (satu keimanan), kemudian mereka berselisih, dan kalau tidak karena terdahulu ketentuan dari Tuhanmu, niscaya diputuskan perkara dalam hal yang mereka perselisihkan itu.” (Qs. 10:19)

Pada mulanya umat manusia itu dalam satu akidah; kemudian setelah berlalu masa yang panjang timbulah perpecahan di antara mereka, perpecahan ini diakibatkan wahyu Illahi yang diturunkan kepada para Nabi sebelumnya banyak sekali perubahan-perubahan, dengan membuat kreasi-kreasi baru berdasarkan pola fikirannya sendiri atau kelompok, dan menetapkan kitap hasil dari rekayasa manusia tersebut sebagai kitap yang menjadi pedoman hidupnya. Tapi diantara pengikut-pengikut Rasul yang setia tetap menggunakan Kitab yang diturunkan berdasarkan wahyu Illahi.






“(Dan) Apakah kamu tidak memperhatikan kepada orang-orang yang diberi bagian dari AlKitab? Mereka itu membeli (memilih) kesesatan,, dan mereka menghendaki supaya kamu tersesat jalan (dari jalan yang benar) (Qs. 4:44)


Allah menurunkan kitap-kitap-Nya kepada para Rasul terdahulu hanya utnuk setiap negeri negeri tertentu dan masa-masa tertentu, sesuai dengan keadaan dan peradapannya, bukan untuk seluruh umat manusia. Karena pada saat itu watak dan pola fikir manusia belum memiliki akidah sesuai dengan fitrahnya.
Maka Allah mengutus para Rasul-rasul-Nya kepada setiap umat dalam masa yang berbeda-beda. Jadi tujuan para Nabi diturunkan ialha memperbaiki dan meluruskan penyelewengan-penyelewengan manusia-manusia dalam kalimat Tauhid “tiada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah”.

Seperti yang diterangkan dalam Al-Quran S. 23:44




“Kemudian kami utus (kepada umat-umat itu) Rasul-rasul kami berturut-turut tiap-tiap seorang rasul datang depada umtanya. Umat itu mendustakannya, maka kami berikutkan sebagian mereka dengan sebagian yang lain. Dan kami jadikan mereka buah tutur (manusia) maka kebinasaan lah bagi orang-orang yang tidak beriman”

Aallah sudah menunjuk manusia-manusia pilihan sebagai khalifah dimuka bumi ini, para Nabi dan Rasul Allah. SWT. untuk menerima wahyu Illahi sebagai petunjuk untuk umat manusia, agar selamat perjalanan menuju kampong Akhirat nanti, asal mula manusia diciptakan Allah. SWT. (Surga). Allah menurunkan wahyu melalui malaikat Zibril, sebagai pembawa/penyambung firman-firman Allah berupa Tauhid,………………. Tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah.


a. Wahyu terbagi menjadi 2 bentuk
1. Suhuf : yaitu wahyu Illahi yang diterima oleh para Nabi-nabi dan Rasul-rasul, wahyu dikumpulkan menjadi “Sufh”. Yaitu semacam brosur-brisur kecil.

2. Al-Kitab : Adalah kumpulan firman-firman Allah. SWT. yang diwahyukan kepada Para Nabi-nabi dan Rasul-rasulnya, dan dikumpulkan menjadi satu.

b. Nabi dan Rasul yang menerima Suhuf.
Zaman Nabi Adam. As. sampai ke zaman Nabi Musa As. belum mengenal al-Kitab, jadi firman-firman Allah. SWT, yang diwahyukan kesetiap Nabi dan Rasulnya ada yang diingat dan adapula yang dicatat dengan lembaran-lembaran kecil kulit kayu dan kulit binatang, dan dikumpulkan menjadi Sufh, berbentuk brosur-brosur berupa gambar

Peringkat Taman Kanak-kanak (TK)
Jaman ini ibarat sekolah taman kanak-kanak, belajar berdasarkan alat peraga dan gambar-gamabr.

Diantara Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang menerima “Suhuf” :
1. Nabi Adam. As. memiliki 10 suhuf.
2. Nabi Syits As. memiliki 60 suhuf.
3. Nabi Idris As. memiliki 30 suhuf.
4. Nabi Ibrahim. As. memiliki 30 suhuf.
5. Nabi Musa. As. memiliki 10 suhuf.

c. Nabi dan Rasul yang menerima Al-Kitab.
Setelah umat Nabi Musa daya nalar dan pemikirannya sudah maju barulah Allah SWT, menurunkan firman-firmannya dalam bentuk yang lebih besar dari suhuf. Dan firman-firman Allah dikumpulkan menjadi satu dan terbentuklah Al-Kitab. 

Peringkat Sekolah Dasar (SD)
Zaman Nabi musa ibarat tingkatan taman kanak-kanak naik ke pringkat Sekolah Dasar, karena zaman ini orang baru mengenal baca dan tulis, maka Nabi Musa. as. Masih menerima 10 Suhuf dan satu buah Al-Kitab yaitu kitab “Taurat” kitab ini berisi pelajaran 10 Perintah Tuhan tentang “syariat atau hokum” pelajaran dari kitab taurat ini adalah dasar- dasar hidup manusia untuk bermasyarakat.
 
1. Kitab Taurat oleh Nabi Musa. As.
Nabi musa selain menerima wahyu dalam bentuk suhuf, dia juga menerima wahyu dalambentuk al-kitab yaitu Taurat. wahyu Inilah yang pertama dalam bentuk al-kitap yang Allah SWT. turunkan kepada Nabi Musa as. seperti yang Allah terangkan dalam Al-Quran.:
“Dan sesungguhnya kami telah mendatangkan Al-Kitab (Taurat) kepada Musa” 

(QS. Al-Baqarag [2]:87)
“Dan kami berikan kepada Musa kitab Taurat dan kami jadikan kitapTaurat itu petunjuk gagi Bani Israil” (Qs. Al-Israa’ [17]:2)

Kata “Taurat” berasal dari bahasa Ibrani, yang berarti syariat atau hukum, dan diturunkan dalam bahasa Ibrani. Taurat disebut dalam Al-Quran sebanyak delapan belas kali. Isi pokok kitab ini “Sepuluh firman/hukum Tuhan semesta alam, yang diterima Nabi Musa as. dipuncak gunung Tursina. Adapun inti sari 10 firman/hukum tersebut yang ditetapkan Allah SWT. sebagai berikut:
1. Keharusan mengakui ke Esaan Allah.
2. Larangan menyembah pataung dan berhala, karena Allah SWT. tidak dapat diserupakan dengan mahluk-mahluk-Nya, baik yang ada dilangit, dibumi maupun di air.
3. Larangan menyebut Tuhan Allah SWT. dengan sia-sia.
4. Memulyakan hari sabtu.
5. Menghormati ayah, ibu.
6. Larangan membunuh sesame manusia.
7. Larangan berbuat Zinah.
8. Larangan mencuri.
9. Larangan menjadi saksi palsu.
10. Larangan berkeinginan memiliki atau menguasai hak orang lain.

Dalam menyiarakan ajaran tersebut Nabi Musa as. di Bantu oleh saudaranya Nabi Harun. As.
Taurat menurut keyakinan umat Yahudi dan umat Kristen terdiri dari lima kitab.

1. Kitab Kejadian, yang mengisahkan kejadian alam semesta, kejadian Adam dan Hawa serta dikeluarkannya mereka, dan kisah sejumlah Nabi-nabi sampai Yusuf as.
2. Kitab Keluaran, yang mengisahkan tentang kepergian Bani Israil dari Mesir yang dipimpin Nabi Musa as. dan keberadaan mereka selama 40 tahun di semenanjung Siria.
3. Kitab Imamat, yang berisi keumpulan hokum/syariat dalam agama Yahudi.
4. Kitab Bilangan, yang menerangkan tentang jumlah keturunan Bani Israil pada jaman Nabi Musa a.s.
5. Kitab Ulang, yang berisi pengulangan kisah kepergian Bani Israil dari Mesir dan pengulangan kumpulan peraturan.

Kelima kitab tersebut tidak di terangkan dalam Al-Qur’an karena kelima kitab tersebut hanya keyakinan umatu Yahudi dan umat Kristen saja dan banyak sekali perubahan yang dibuat dalam lima kitab tersebut, isi kitap taurat telah di robah oleh para pemuka yahudi, beberapa waktu setelah Nabi Musa a.s. wafat. Seperti yang telah diberitakan Allah SWT.

Allah SWT, mengecam atas perubahhan kitab Taurat oleh para pemuka yahudi, diterangkan dalam Al-Qur’an (Qs 2: 75):




Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?65(Qs 2: 75) 

Kitab Zabur oleh Nabi Daud, as.
Nabi Daud a.s menerima firman-firman Allah SWT. berupa wahyu Illahi yaitu Kitab Zabur, beliau seorang raja Bani israil, ketika kaum itu mencapai jaman keemasannya di Kanna sekitar 400 tahun setelah meninggalkan tanah Mesir. Dijelaskan dalam Al-Quran:



“Dan Kami berikan (Kitab) Zabur kepada Daud” (Qs. Al-Israa:55)

Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Zaman Nabi Daud as. ibarat tingkatan Sekolah Dasar naik ke pringkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), karena zaman ini orang sudah mengenal baca dan tulis bahkan pemikirannya sudah maju maka suhuf sudah tidak diperlukan lagi, maka Nabi Daud, as. Hanya menerima 1 buah kitab “Zabur” Kitab ini sama sekali tidak mengandung undang-undang, hokum-hukum atau syariat, karena Nabi Daud as. Mengikuti peraturan yang dibawa oleh Nabi Musa, a.s.

Kitab Zabur berisi Mazmur (nyanyian pujaan kepada Tuhan), yang melantunkan tentang segala nikmat Illahi yang terlimpah serba ada. Kitab ini sama sekali tidak mengandung undang-undang, hokum-hukum atau syariat, karena Nabi Daud as. diperintahkan oleh Allah SWT., mengikuti peraturan yang dibawa oleh Nabi Musa. as.
Isi dari kitab Zabur antara lain, Mazmur. 146 sbb:
1. Besarkanlah olehmu akan Allah. Hai jiwaku pujilah Allah.
2. Maka aku akan memuji Allah seumur hidupku, dan aku akan nyani puji-pujian kepada Tuhanku selama aku ada.
3. Janganlah kamu percaya pada Raja-raja atau anak-anak Adam yang tiada mempunyai pertolongan.
4. Maka putuslah nyawanya dan kembalilah ia kepada tanah asalnya dan pada hari itu hilanglah segala daya upaya nya.
5. Maka berbahagialah orang yang memperoleh ya’qub sebagai penolongnya dan yang menaruh harapan kepada Tuhan Allah.
6. Yang menjadikan langit, bumi, dan lautan serta segala isinya dan yang menaruh setia sampai selamanya.
7. Yang membela orang yang teraniyaya dan orang yang memberi makan orang yang lapar. Bahwa Allah membuka rantai orang yang terpenjara.
8. Dan Allah membuka mata orang buta, Allah menegakan orang yang tertunduk, dan Allah mengasihi orang yang benar.
9. Maka Allah memelihara orang dengan serta ditetapkannya anak yatim dan perempuan bujang, tetapi jalan orang jahat itu di balikannya.
10. Bahwa Allah akan bekerjaan kelak sampai selama-lamanya dan Tuhan mu, hai zion! Zaman ber zaman. Besar kan lah Allah oleh mu.

Kitab Injil oleh Nabi Isa. a.s. dengan.
Nabi Isa As. menerima wahyu dalambentuk al-kitab yaitu Injil. Inajil semual dari bahasa Yunani yang bernama “Euangelion” (berita kabar gembira), kemudian masuk kedalam bahasa Arab menjdai “Injil” (berita kabar gembira). Adapun kabar gembira yang dimaksud, akan menerima Wahyu dari Allah SWT. memberi tahukan kepada Nabi Isa As. bahwa kelak akan kedatangan Nabi akhir jaman, sebagai nabi penutup para nabi, dan sebagai Nabi untuk seluruh umat manusia seluruh dunia, yaitu Nabi Muhammad. Saw.

Sekolah Menengah Atas (SMA).
Zaman Nabi Isa. a.s. ibarat dari tingkatan Sekolah Menengah Pertama (SMP), ketingkatan yang lebih tinggi laigi yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA). karena zaman ini orang sudah semakin cerdas dalam pemikirannya dan semakin maju maka Allah hanya memerintahkan untuk melanjutkan pengajaran dari kitab-kitab sebelumnya dan Allah SWT. memberikan khabar gembira kepada Nabi Isa, as. “bahwa kelak akan kedatangan Nabi akhir jaman, sebagai nabi penutup para nabi, dan sebagai Nabi untuk seluruh umat manusia seluruh dunia, yaitu Nabi Muhammad. Saw.” Yaitu sebagai guru akhir jaman pengajaran kepada manusia, untuk masuk ke pendidikan tertinggi dan terakhir, sebagai bekal masa depan manusia. 
Jadi kitab Injjil hanya pelengkap dari kitab-kitab sebelumnya.

a. Murid-murid Nabi Isa As. yang setia
1. Andreas 4. Matius. 7. Thadeus  
2. Simon Petrus 5. Yahya bin Zabdi 8. Yahuda 
3. Barnabas 6. Ya’kub bin Zabdi 9.Bartholomeus 
10. Pilipus 
11. Ya’kub bin Alpius
12. Yahuda Iskariot

 Kitab-kitab Injil yang ada sekarang ini adalah karya pengarang Injil, beberapa lama setelah Nabi Isa. As. di selamatkan Allah dari kejaran-kejaran kaum yahudi. Banyak sekali karya-karya Injil yang dibuat oleh para pengarangnya. Namun dalam muktamar gereja-gereja (Synodes) di Nicaea, suatu tempat di Asia Kecil, dekat Konstantinopel, pada tahun 325 M. yang diadakan oleh Kaisar Gonstantinus di putuskan hanya empat (4) injil yang sah unutuk di gunakan yaitu:
1. Injil Matius karya Santo Matius
2. Injil Markus karya Markus bin Maryam. Markus adalah nama gelar, nama aslinya Yohana atau Yahya seorang yang beragama Yahudi.
3. Injil Lukas karya Lukas kelahiran Antiokia/Yunani.
4. Ijil Yahya. Seorang ketua gereja, ditulis tahun 100 M.






b. Kisah Saul (Paulus.) penentang Nabi Isa Al-Masih (sekedar Mitos)
Nabi Isa as. mengajarkan injil kepada para pengikutnya selama 3 tahun, yaitu sejak usia beliau 30 Tahun sampai 33 Tahun saat diangkat Allah Swt. untuk diselamatkan dari pengejaran-pengejaran kaum Yahudi yang akan menyalibnya.
Mereka adalah orang-orang Yahudi berasal dari aliran Farisi (Farusyn), yaitu orang-orang yang mempunyai faham anti ajaran taurat yang di ajarkan Nabi Isa. As. yang di pimpin oleh “Saul”, keturunan Suku Benyamin, yang dikenal dengan nama “Paulus”, dia hidup dengan ala Roma dan berfikir ala Yunani, dia penentang keras ajaran-ajaran Nabi Isa Almasih, yang paling kejam dan bengis. Bahkan tatkala Nabi Isa. As. tak adalagi diangkat Allah. SWT. untuk diselamatkan, Saul (Paulus) menangkapi dan membasmi para pengikut Almasih yang hendak lari ke Damsik.
Setelah pengikut-pengikut Al-Masih lari ke Damsik, Paulus memutar otak untuk mengejarnya dan menggagalkan ajaran Tauhid yang dibawa oleh Nabi Isa Al-Masih. Namun paulus mempunyai akal yang licik, menyusuplah dia ketengah-tengah kaum Nasrani, setelah menyelesaikan tugasnya yang diperintahkan oleh Kaum Yahudi dan Pemerintahan Roma kepadanya.
Dengan tipu daya Paulus berusaha keras untuk meyakinkan kaum Nasrani yang di datanginya, dengan memberi tahukan kabar bohongnya, bahwa ia sudah memeluk agama Nasrani, namun orang-orang Nasrani bertanya dengan penuh curiga, “Mengapa tuan dating ketempat kami?. Padahal kami telah tahu bahwa tuan amat benci pada pengajaran yang kami anut?”
Pertanyaan itu dijawab dengan kebohongan yang licik. Soul (Paulus) menipu kamu Nasrani dengan cerita bohongnya. “Tat kalah saya pergi ke Damsik, saya melihat ditaengah hari cahya memancar dari langit yang membuat saya gemetar, kemudian terdengar suara dari langit: “Wahai Soul, apa sebab engkau aniyaya aku, engkau lawan murid-muridku, sebenarnya akulah yang engkau aniyaya”. Dan aku menyahut. “Siapakah engkau Tuhan?” terdengarlah olehku suara sabda Tuhan. “Akulah Yesus yang telah engkau aniyaya itu. Sukarlah bagimu sekarang ini, menghindarkan dosa ....!”. sementara orang-orang Nasrani terbengong-bengong yang asik mendengarkan cerita bualannya Paulus, maka dari itu aku segera kembali dari Damsik dengan sadar dan taubat, maka aku menuju tempat ini untuk bergabung dengan kalian!.
Mula-mula umt Nasrani tak suka bahkan tak percaya dengan cerita Paulus, namun berkat kecerdikannya berbicara dan bergaul dengan mereka, akhirnya kaum Nasrani itu menaruh kepercayaan penuh kepada Paulus. 
Dalam penyusupannya yang rapih itu Paulus mendalami agama Nasrani secara mendalam seraya ditablikannya kepada khalayak, bukan saja di Palestina, namun hingga kenegri jauh seperti Antiogia, bahkan sampai kenegri Roma.
Selanjutnya, setelah orang-orang banyak menganggap Paulus benar-benar seorang pendeta tulen yang bertugas menyampaikan ajaran-ajaran Almasih. Secara bertahap, disisip kanlah perubahan-perubahan kedalam ajaran agama Nasrani yang ia tablikan. Sisipan itu diantaranya sebuah pengukuhan bahwa Isa Almasih itu bukan manusia biasa, namun anak Tuhan! Dan Paulus tidak kepalang tanggung mengeluarkan ajaran sesatnya; mengatakan bahwa Isa Almasih adalah jelmaan Tuhan dan tujuan utamanya untuk menebus dosa Nabi Adam dan Siti Hawa, serta segenap keturunannya.
Paulus membelokan makna kalimat seperti yang dimaksut dalam Injil Matius. Fasal V:3 atat (9)
“Berbahgialah segala orang-orang yang mendamaikan orang, karena mereka itu akan di segbut Anak-anak Allah.”

Soul (Paulus) sengaja tidak menafsirkan makna kalimat tersebut yaitu “karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” Padahal makna kalimat tersebut maksudnya ialah setiap orang yang berbuat kebaikan di jalan Allah maka disebut anak-anak Allah anak-anak disini yang dimaksud setiap (anak-anak adam) yang berbuat kebaikan dapat diterima disisi Allah. Demikianlha Soul (Paulus) merusak ajaran Nabi Isa As.
Diantara murid-murid Nabi Isa ada yang menentang ajaran-ajaran paulus dia tetap setia kepada Nabi Isa atas petunjuk Allah SWT. 







 Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (Al-Baqarah[2]:136)

Dan ada juga yang memegang teguh setiap paerkataan paulus, karena menurut mereka Paulus manusia yang mendapatkan Wahyu Illahi.
Alla SWT. berrfirman:




ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?" Katakanlah: "Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah92 yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan. (Al-Baqarah[2]:140)





Nabi akhir jaman. dan Kitab Suci Al-Qur’an.
Allah menurunkan para Rasul yang terdahulu hanya sebatas pada zamannya, dan di khusus kan hanya untuk kaumnya saja, tidak diperkenankan kepada kaum yang lain. semua rasul-rasul dan Nabi-nabi membawa ajaran Tauhid dari Allah.




Ketahuilah (orang-orang mu’nin); “Kami beriman kepada Allah dan apa yang di turunkan kepada kami, dan apa yang di turunkan Ibrahim, Ismail, Ishaq, ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang di berikan kepada Musa dan ‘Isa serta apa yang di berikan kepada Nabi-nabi dari Tuhannya, kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (Qs.2:136)

Sebagian dari mereka ada yang menerima pembaharuan ketab-kitab sesudahnya, tetapi sebagian menolak kitab-kitab baru yang turun dari Tuhannya, karena pengaruh efolusi zaman dimana nalar dan daya fakir umat manusia semakin maju maka kitab-kitab sebelumnya sudah tidak dapat di andalkan lagi sebagai petunjuk Dari ke egoan dan kemunafikan orang-orang terdahulu yang tidak mau memperhatikan perkembangan zaman yang menyebabkan terpecahnya agama fitrah yang Allah turunkan kepadanya, maka Allah perlu menurunkan kitab penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya. Agar manusia tidak terkecoh atas kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi-nabinya, bahwa risalah yang dibawa kepada setiap nabi adalah dari Allah SWT, yang hanya menurunkan satu ajaran Tauhid. Allah berfirman : 



“………ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani,) mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani ? Katakanlah:” Apakah kamu lebih mengetahui atau kah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orangyang menyembunyikan syahadah dari Allah (persaksian Allah) yang ada padanya?” Dan Allah sekali-kali tiada lengah, dari apa yang kamu kerjakan. (Qs. 2:140)

Kecaman Allah kepada Ahli kitab yang merusak Agama yang Lurus. 
(Qs. 5:77)
(Ps. 1)

AL-Qur’an Sebagai Kitab ter akhir. Peringkat Perguruan Tinggi
Dalam keadaan dan situasi yang berbeda, melintasi belbagai tingkatan batas-batas bangsa, zaman dan waktu, proses dan tingkatan peradapan dan budaya umat manusia yang semakin maju, dan sudah mencapai kepada kesempurnaan yang setabil, dan ajaran-ajaran agama yang dahulu itu mengajarkan tentang adanya kemajuan kerohanian yang terbatas, yang akhirnya akan sampai kepada jaman pertengahan. Jaman itulah kesempurnaan dan tingkat kecerdasan manusia semakin tinggi, maka Allah perlu menurunkan alkitab yang bersifat universal, yang kemudian diturunkan kepada Nabi akhri zaman sebagai nabi penutup dari seluruh nabi dan sebagai kitap ter akhir yang diturunkan Allah. S.a.w. kepada Nabi besar Muhammad. S.a.w. yaitu kitap “Al-Quran”

a. Nabi Muhammad Saw.
Nabi Muhammad Saw. adalah putera dari Aminah binti Wahab dan Abdullah bin Abdul Muthalib. Ayahnya wafat sewaktu Muhammad masi dalam kandungan, beliau dilahirkan di Mekah, hari Senin menjelang terbit fajar, 12 Rabiul Awal tahun Gajah (20 April 571 M), dirumah ibunya di kampung Bani Hasyim di kota Mekah al-Mukarramah, riwayat lain menyatakan di rumah Abu Thalib, ketika itu yang membantu kelahirannya sebagai bidan dan untuk merawatnya ialah Siti Syifa; ibu sahabat Abdu Rahman bin Auf. Ra. Sudah menjadi adapt di sana sebagaimana kaum bangsawan di Arab di Hijaz, terutama di Mekah, bila seorang anak telah lahir baik laki-laki maupun perempuan, setelah beberapa hari di susukan Ibunya, lalu di serahkan untuk disusukan oleh orang desa yang bertempat tinggal di luar kota, di suatu dusun orang-orang badwi dan anak itu bertempat tinggal dan di asuh di dusun itu juga sampai kira-kira umur tujuh atau delapan tahun.
Setelah disusukan ibu kandungnya (Aminah) selama tiga hari Muhammad sementara menunggu orang dari luar kota yang sanggup menyusui dan mengasuhnya, Muhammad sementara disusukan oleh budak Pamannya Abu Lahab, yang sudah di merdekakannya karena merasa senang dengan kelahiran anak kemenakannya itu, dan yang merawat pribadi Muhammad ketika itu Umu Aiman Barakah al-Habsyiyah. Muhammad disusukan oleh Tsuwaibah hanya dalam beberapa hari saja kemudian beliau disusukan dan di asuh oleh Halimah bin Abi Zuaib, seorang perempuan dari dusun yang terkenal pandai dan baik, untuk menyusukan dan merawat serta mengasuh anak-anak Bangsawan.

b. Berpergian ke Negeri Syam.
Setelah Muhammad berusia kurang lebih dua belas tahun, beliau ketika itu sudah dapat mengurus dirinya sendiri. Ketika pamannya Abu Thalib hendak pergi kenegri Syam untuk ber niaga mengikuti salah satu kafilah yang akan berangkat kesana Syam. Tetapi Abu Talib ketika itu amat berat untuk meninggalkan anak kemenakannya yang sangat dikasihi dan disayanginya itu, karena akan di tempuh perjalanan yang cukup jauh melalui padang pasir yang amat luas dan dibawah teriknya matahari.
Akan tetapi ketika kafilah  





“maka kami jadikan yang demikian itu sebagai peringatan bagi orang-orang pada masa itu dan bagi mereka yang datang kemudaian, serta menjadi pengajaran bagi orang-orang yang bertaqwa” (Qs.2:66)



Firman Allah S.a.w.







Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kepada Al Qur'an yang diturunkan Allah," mereka berkata: "Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami". Dan mereka kafir kepada Al Qur'an yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Qur'an itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?" [Al-Baqrrah[2]:91]


Firman Allah dalam al-Quran




“Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada isi mereka (masing-masing)” (Qs. 23:53)



“Sesungguhnya telah kami utus (beberapa orang Rasul) sebelum engkau kepada beberapa golongan orang-orang dahulu kala.” (Qs. 15:10)




Bab IV
Prilaku manusia menurut penjelasan Plato

Prilaku manusia bersumber pada tiga hal yaitu: Nafsu, Emosi, Sulbi. Kita dapat terbentuk dari ketiga prilaku ini, mungkin salah satu dari prilaku tersebut ada yang lebih besar volumenya pada diri kita. Ada manusia yang selalu memperturuti hawa nafsunya dan emosinya, 
1. Sulbi
Sulbi adalah suatu energi, terutama energi seksual, yang melakukan hasrat, keinginan, implus dan gharizah. Manusia semacam ini ia menjadi rakus, mengejar kekayaan, dan kenikmatan. Baginya kebajikan tertingginya adalah pemilikan.
2. Emosi. 
Emosi berada didalam jantung dari jantung mengalir darah, semangat, ambisi, dan keberanian. Ia menjadi sangat perasa, berusaha mencari kemenangan. Kebajikan tertingginya terletak pada penaklukan, bagi mereka kebahagiaan harus di dapat dalam peperangan.
3. Pengetahuan. 
Pengetahuan terletak di kepala atau lebih khusus lagi Otak, melahirkan pemikiran, intelek, dan akal. Insane yang dipengaruhi otaknya inilah yang tidak tertarik pada kekayaan, juga tidak dengan kemenangan, tempat paling disukai baginya tempat sunyi, agar dapat melahirkan gagasan-gagasan cemerlang. Bagi insane ini, kebajikan tertinggi adalah kearifan.

Demikianlah aplikasi prilaku manusia menurut plato. Apakah prilaku semacam ini terbentuk sendirinya sejak lahir, atau memang sudah dibeda-bedakan oleh Allah dalam penciptaannya ?
 Prilaku manusia ditentukan atau terbentuk dari lingkungan sekitarnya, yaitu lingkungan dalam rumah, maupun lingkungan diluar rumah.
Allah tidak pernah membeda-bedakan dalam ciptaannya, khususnya manusia. Seperti dalam firmannya dan hadis Nabinya yaitu:

“Bayi lahir berdasarkan fitrahnya, kedua orang tuanya yang membuat mereka menjadi Majusi, Nasrani, maupun Yahudi.”

 Dari ketegasan Allah tersebut kita menarik kesimpulan, bahwa tidak dibeda-bedakan Allah dalam penciptaan manusia. Jika pun ada bayi yang lahir dalam keadaan cacat, untuk hal ini kita harus berintropeksi apakah sejak ibunya mengandung dalam keadaan terjaga, dari makanan-makanannya maupun minumannya. Kedua orang tua sangat berperan penting dalam pembentukan janin pada bayi sampai dia dilahirkan dan dibesarkan.

Ingatlah bahwa kau juga tidak memiliki pengetahuan apapun ketika kau tercipta mula pertama (dari rahim ibu mu), lalu Allah memberimu pengetahuan, dan alangkah banyaknya hal-hal yang tidak terjangkau ole h pengetahuanmu, yang pikiranmu menjadi bingung karenanya, pandanganmu tersesat karenanya, namun dilain kesempatan, setelah itu, kau dapat memahami dengan baik, oleh sebab itu, tgeguhkan hubunganmu dengan Dia yang menciptakanmu, memberimu rizki dan menyempurnakan dirimu. Hendaknya semua pengabdianmu hanya untuk Dia. Dan kepada-Nya saja rasa takutmu kau arahkan. (Imam Ali A.s)

TASLIM (BERSERAH DIRI)

Taslim (berserah diri) kepada sang pencipta Yang Maha Menguasai. Tidak ada tempat bagi manusia untuk pasrah kecuali kepada-Nya, Dia yang memegang jiwakita, tidak ada perlindungan dan persembunyian jika Dia menghendaki ajal kita.
Taslim (berserah diri) dibagi menjadi tiga bagian:
1. Taslim al-Jism (penyerahan Fisik)
2. Taslim al-‘Aql (penyerahan Rasio)
3. Taslim al-Qalb (Penyerhaan Hati)

1. Taslim al-Jism (penyerahan Fisik).
Ketika dua orang petinju sedang bertarung, dan salah satu diantara mereka ada yang merasa kalah, maka orang itu pada akhirnya menyerah kalah. Didalam perkelahin-perkelahian fisik seperti ini, apa bila salah satu diantara mereka ada yang merasa kalah, maka orang tersebut tidak menyerang lagi; ia takluk kepada lawannya dan menyerah kalah. Taslim seperti ini hanya bersifat fisik dan lahiriah, perasaanya ragu sehingga berusaha sekuat tenaga ingin memenangkan dan menguasai lawannya walaupun pada akhirnya dia pun menyerah kalah. Sikap seperti ini tetap ada dalam pikiran dan akalnya, perasaanya tetap kesal terhadap musuhnya, sambil berharap suatu saat dia dapat menguasai musuhnya. Maka taslim fisik tidak bisa diciptakan kecuali oleh paksaan dan kekerasan.

2. Taslim al-‘Aql (penyerahan Rasio).
Tingkatan taslim ini kekuatan otot tidak memiliki peranan apapun, kecuali kekuatan akal dan pikiran. Akal mampu menguasai kekuatan logika dan argumentasi, sedangkan kekuatan otot, dengan pukulan misalnya, kita tidak akan bisa meyakinkan seorang murid bahwa sudut-sudut segitiga itu sama dengan jumlah sudut dua garis tegak lurus. Untuk ini kita harus menjelaskan dan memberi bukti melalui rumus-rumus matematis, tidak ada cara lain selai cara tersebut. Dengan demikian, akal memaksa taslim dengan argumentasi dan pikiran, sehingga apa bila akal diberi bukti-bukti yang memadai, tentu ia akan menerima dan memahaminya. Ketika itu akal terpaksa taat, walaupun berbagai kekuatan melarangnya untuk tidak menyerah.
Ada suatu kisah masru suatu contoh taslim akal : Galileo ketika dia di siksa karena keyakinannya bahwa bumi berputar mengelilingi matahari dan bahwa matahari menjadi pusat perputaran pelanet-pelanet, maka beliau di ancam akan dibakar, sehingga ia terpaksa mengumumkan tobatnya atas keyakinannya tersebut. Namun demikian, pada saat yang sama, ia menulis sesuatu di atas tanah dan ketika orang memperhatikannya mereka mendapati Galileo menulis “Tobat Galileo tidak akan pernah menghentikan bumi dari putarannya.
Kekuatan bisa memaksa manusia mencabut kembali ucapan-ucapannya, tetapi pikirannya taakan pernah tunduk dan menyerah.

3. Taslim al-qalb (penyerahan Hati).
Taslim ini adalah taslim iman. Apabila taslim fisik dan taslim Akal tidak dibarengi dengan taslim hati, maka berarti tidak beriman.
Taslim al-qalb adalah penyerahan segala wujud insani dan menolak segala bentuk kekafiran dan pengingkaran.
Bisa saja akal dan logika seseorang bisa berserah diri di hadapan pikiran tertentu, tetapi batinnya tetap menentang. Hal demikian terjadi ketika orang tersebgut berada di bawah kondisi menolak dan membangkang, atau karena ada kepentingan pribadi, sehingga sekalipun akal dan pikirannya terpuasi namun jiwanya tetap menolak. Maka orang tersebut tidak beriman. Bukankah hakekat iman itu taslim hati dan jiwa.
Firman Allah dalam al-quran:

“ Hai orang-orang beriman, masuklah kalian kedalam islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (Qs.2:208)

Iblis percaya dan mengenal Allah, tetapi walaupun akal dan pikirannya telah taslim, namun jiwanya tetap menolak.

Bukti jika iblis telah beriman percaya dengan para malaikat, dengan para Nabi dan percaya pada hari berbangkit. Salah satu bukti setan mengenal Allah adalah pengakuannya kepada Allah yang telah menciptakannya, seperti dikatakan dalam Al-Quran:

“Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan ia Engkau ciptakan dari tanah” (Qs.7:12)

 dan bukti setan menyakini akhirat adalah firman Allah ketika menceritakan setan:

”Beri tangguhlah sampai mereka dibangkitkan” (Qs.7:14)

dan bukti setan mengakui para nabi dan orang-orang mukmin adalah firman Allah:

“Iblis menjawab:”Demi kekuasaan-Mu, akan kusesatkan mereka semuanya kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka” (Qs.38:81-82)

Jadi hakekat dari iman dimana akal, fikiran dan hati nya telah taslim itulah iman, orang yang mau menerima kebenaran, tidak sombong dan munafik.

Tawakal Kepada Dzat Yang Maha Agung. (Allah. SWT)
Tawakal kepada Dzat yang Mah a Agung yang menciptakan segala sesuatunya yang ada maupun yang belum diadakan-Nya. 

“Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan dibumi dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Hasyr, 59:24) 
hendaknya kita harus bergantung dan bersandar, berserah diri kepada Allah. AWT. (Dzat Maha Agung) dalam segala urusan, keperluan dan merasa cukup atas rizki yang di berikan kepada kita, baik dalam mendapatkan kemanfaatan atau menghindarkan diri dari kemudaratan. Tawakal merupakan dari kesempurnaan iman kepada Allah. SWT. Dzat Maha Agung, Maha Pencipta. Dengan firmannya:


“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (Al-Ma’idah:23)
Menjauhi perbuatan dosa 
a. Takwa (Takut dan Malu kepada Allah.)
Takwa ialah kemampuan melindungi diri sendiri dari kekuatan-kekuatan tercela, yang dapat mempengaruhi lingkungan.
 Atau Takwa merupakan kemampuan individual, spiritual, moral, etis, dan psikologis, untuk mengangkat diri seseorang ketingkat yang lebih tinggi yang membuat seseorang hampir kebal dari dunia ini.

Setelah kita ketahui bahwa kita berada pada agama yang benar dan sudah kita yakini kebenarannya, bahwa agama Islam adalah agama yang di Prodak oleh Allah, Tuhan Semesta Alam, pencipta langit dan bumi serta isinya. Maka harus berbuat apakah saya, kepada-Nya?, apakah Allah menciptakan dunia ini hanya untuk bersenag-senag bagi mahkluknya?, apakah mempunyai sangsi jika kita tidak berada dalam petunjuk-Nya?. Pertanyaan-pertanyaan ini lah yang selalu lahir dalam benak saya, rasa takut dan malu, takut dengan siksa api neraka malu karena mengharapkan syurga, dari sang Pencipta, jika salah dalam tindakan maupun langkah kita.



 


 “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat lalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (Al-Baqarah [2]:165)

Puasa pada masa moderen ini ternyata dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bentuk ekstrim, yaitu: a. Ritualisme, b. mogok makan, c. ber diet. Bentuk puasa semacam ini, dikarenakan takut kepada dirinya sendiri bukan karena Allah. Sedangkan dalam islam, jika seseorang berpuasa tanpa “Takwa”, bisa dianggap tidak berpuasa. Dalam firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan bagimu puasa, sebagai mana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu menjadi Takwa.” (Qs. 2:183).


b. Contoh Takwa pada tingkatan 
kepemerintahan (Ummah)
Kepemimpinan dan masyarakat, Takwa paling utama. Pengetahuan teknis, kemampuan manajerial, kecakapan ilmiah, keterampilan komunikasi dan sebagainya, bila tidak di landaskan Takwa, tidak boleh dimasukan kedalam satu-satunya kriteria untuk memegang suatu jabatan.
 Dalam tradisi Islam, prilaku politik dan jurnalisme di kaitkan dengan “Tawakal” dan merka yang tidak memiliki drajat “Tawakal” akan menghadapi kesulitan laegitimasi.

AL-WARA
Al-wara adalah bila kita meninggalkan segala yang terdapat kesamaran di dalamnya.

Sabda Rasulullah S.a.w.:
“Sesungguhnya yang halal itu adalah jelas, begitu juga yang haram. Namun ada kesamaran diantara keduanya, dimana banyak orang yang tidak mengetahuinya. Maka barang siapa yang menjauh kan diri dari yang tersamar, berarti telah bersih, bagi agama dan perbuatannya. Dab barabg siapa yang berada dalam kesamaran itu berarti ia akan tergelincir dalam perbuatan yang haram.”

Riwayat Bukhari dan Muslim dari An Nukman bin Basyir;
Seperti pengembala yang mengembala ternaknya di padang rumput yang berbahaya, yang nyaris memasukannya kedalamnya. Ketahuilah! setiap kerajaan itu mempunyai tempat yang terlarang dan larangan-larangan Allah adalah semua yang diharamkannya. Ketahuilah! dalam setiap tubuh itu terdapat segumpal daging, jika keadaannya (segumpal daging tersebut) baik, niscaya seluruh tubuh akan baik, tetapi jika keadaannya, rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Itulah hati manusia.

Dalam hadis Qudsi Allah memberitahukan kepada Nabi Muhammad Saw.:

“Hai Ahmad (Muhammad), apabila seorang hambamu mau mengosongkan perutnya dan menjaga lisannya, maka akan kuajarkan al-Hikmah kepadanya. Bila hamba itu seorang kafir maka al-Hikmah akan menjadi dakwaan dan kecelakaan atas dirinya. Namun bila hamba itu seorang Mukmin, maka al-Hikmah akan menjadi cahaya, dan rahmat bagi dirinya, dengan alj-Hikmah, orang Mukmin itu akan mengalami hal-hal yang belum pernah dilihat sebelumnya. Hal pertama yang akan Aku tampakan kepadanya aib nya sendiri, hingga dia tidak sempat memikirkan aib orang lain. Kemudian akan Aku tampakan rahasia-rahasia ilmu pengetahuan, hingga dia tidak dapat dipengaruhi setan.”

1. Al-Wara’ dalam perbuatan meliputi:
Wara (kelurusan budi), terdapat dalam perkataan, dalam hati sanubari, dan perbuatan. Kewaspadaan dalm apa yang berkaitan dengan makanan, minuman, dan pakaian. Semua itu harus berasal dari hasil yang halal. Sesungguhnya para salaf (orang-orang terdahulu) selalu berhati-hati dalam hal itu sebatas kemampuan mereka. Karena cahaya yang ada dalam hati sanubari, kemurnian dalam ibadah ditinggalkan manusia, semua itu berkaitan dengan halnya makanan, minuman, dan pakaian.
- a). Makanan yang bukan haknya Allah tidak akan
 menerimanya
- b). Minuman,
- c). Pakaian

2. Al-Wara dalam perkataan:
Menjaga lisan dari ucapan-ucapan yang tidak perlu, larangan ucapan-ucapan yang sifatnya mengumpat/memaki. Kadang kala kita tidak menyadari perkataan-perkataan kita mengandung tekanan emosi, mungkin atau sekedar bercanda sesama teman, tapi bagi orang lain apalagi yang sama sekali belum dikenal, bias menimbulkan reaksi negative. Hal semacam itu akan mengurangi amalan-amalan kita dan bahkan Nur Ilahi.
1. Al-Wara terdiri dari :
Wara’ (kelurusan budi) terdapat dalam perkataan, dalam hati sanubari dan perbuatan. Adapun yang terdapat dalam perkataan; maka akan menahan diri dari ucapan yang sia-sia yang tiada manfaatnya hingga hanya akan membuang waktu saja. 
2. Al-Wara dalam perkataan : Larangan untuk ucapan-ucapan yang sifatnya mengumpat, karena kita tidak berada dalam tingkatan yang menjerumuskan kdiri dalam dosa-dosa.
3. Al-Wara dalam hati sanu bari:
Mencegah manusia agar tidak lengah dalam hal-hal (bisikan-bisikan) yang remeh. Maka Al-Wara akan semakin meningkat tinggi.


Firman Allaj dalam Qs.2:127 Artinya:




“Hai orang-orang beriman, makanlah diantara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlahkepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah”

Maka Sa’ad bin Abi Waqqash, berdiri sambil berkata: “ya Rasulullah Saw.: Doa kanlah (kepada Allah) agar aku di jadikan seorang yang selalu terkabul doa-doa ku. Nabi Saw. menjawab Ya Sa’ad baikan makananmu nisscaya engkau menjadi seorang yang dikabulkan doanya. Demi Allah yang nyawanya Mhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya manusia yang memasukan makanan yang haram kedalam perutnya maka takan dikabulkan doanya selama 40 hari. Dan manusia yang menumbuhkan dagingnya dari makanan yang haram atau riba maka api yang akan menimpanya. 

Zuhud
Kehidupan ibarat roda yang berputar pada “prosnya”, atau “sumbunya”. Manusia yang dapat meletakan dirinya pada prosnya lah yang selamat, Nabi Mauhammad. S.a.w. adalah kutub iÿÿah yang dikelilingi oleh alam-alam samawi.
Sedangkan alam kehidupan manusia yang kehidupannya di letakan pada kehidupan dunianya saja, ibarat ia telah meletakan dirinya pada telapak rodanya, dia akan mengikuti putaran roda tersebut, yang akan menggilas kita. Itulah kehidupan dunia, jika kita salah meletakan diri kita, akhirnya terpengaruh dengan pasang surutnya kehidupan, ada kebahagiaan juga akan berganti dengan kesusahan. Perputaran kehidupan ini lah yang membuat manusia menjadi cemas, dan takut. Rasa takutinilah yang membawa kekhawatiran akan bencana masa mendatang, atau takut akan sirnanya sesuatu yang di miliki maupun yang di inginkan. Jika kita berpegang teguh kepada perputaran roda tersebut, yang siap menggilas kehidupan kita. Karena poros merupakan pusat perputaran dan pengendali kehidupan.
Ada sebagian orang ber anggapan dunia ini panggung sandiwara, dan Manusia, Jin, dan Iblis sebagai pemerannya, al-Quran sebagai skenarionya, Malaikat sebagai pembantu sang sutra dara. 

3. Mengerjakan ibadah wajib maupun sunat atas karena cinta kepada ALLAH SWT. 
Dari segi akidah, Islam menegaskan bahwa semua yang ada di alam ini diciptakan oleh Allah SWT ( QS Thaha [20]: 14; QS al-Baqarah [2]: 22). Allah SWT tidak hanya menurunkan aturan tentang alam semata, melainkan juga menurunkan perintah dan larangan yang termaktub di dalam wahyu yang diturunkan-Nya sebagai aturan kehidupan. Allah sajalah yang berhak menentukan hukum dan aturan bagi manusia (QS al-Baqarah [2]: 2; QS al-Qadr [97]: 1;QS an-Nahl [16]: 103; QS Yusuf [12]: 40), yang dibawa oleh Rasulullah (QS al-Fath [48]: 28-29; QS ash-Shaf [61]: 9). Semua perkara yang terdapat di dalam al-Quran harus diikuti (QS al-Hasyr [59]: 7; QS al-Baqarah [2]: 4). Manusia memang bebas mengikuti aturan yang diturunkan oleh-Nya ataupun membangkang-Nya (QS al-Balad [90]: 10). Hanya saja, nanti pada Hari Kiamat manusia akan dibangkitkan dan seluruh perbuatan yang dilakukannya di dunia ini akan dihisab (QS al-Mukminun [23]: 16; QS ar-Ra’du [13]: 40-41; QS al-Insyiqaq [84]: 8; QS al-Ghasiyah [88]: 26). Ujungnya, ada manusia yang dimasukkan oleh Allah SWT ke surga; ada pula yang ke neraka (QS al-Baqarah [2]: 25; QS ad-Dukhan [44]: 51-55; QS al-Waqi’ah [55]: 41-43). Dengan demikian, tugas manusia adalah untuk beribadah dalam arti luas (QS adz-Dzariyat [51] : 56), yang oleh Muhammad Quthub dalam bukunya, Mafahim Yanbaghi an-Tushahhah, dimaknai sebagai taat kepada Allah, tunduk dan patuh kepada-Nya, serta terikat dengan aturan-aturan Islam dalam segala aspek kehidupan. Berdasarkan hal ini, orang yang berpegang pada akidah Islam akan senantiasa terikat dengan aturan-aturan Islam (hukum syariat).
Akidah Islam menetapkan bahwa sebelum ada kehidupan dunia ini ada Allah SWT; Zat Pencipta manusia, alam semesta, dan kehidupan. Islam pun mengharuskan beriman pada kehidupan setelah dunia, yaitu kiamat dan kehidupan akhirat. Akidah Islam juga menetapkan bahwa bila ingin bahagia dunia-akhirat, dalam mengarungi kehidupan dunia ini manusia harus terikat dengan aturan-aturan Allah SWT dan menjauhi perkara-perkara yang dilarang-Nya. Agama Islam tidak boleh dipisahkan dari kehidupan. Di rumah, pasar, mal, kendaraan, kantor, masjid, ruang pertemuan, mes, hotel, dan di setiap tempat manusia diperintahkan menaati perintah Allah SWT, Zat Yang Mahatahu. Dalam makanan, minuman, pakaian, akhlak, ibadah, dan berbagai muamalah Allah SWT memerintahkan setiap Muslim untuk menjalankan aturan Islam (hukum syariat). Inilah hubungan antara kehidupan dunia dan sebelum kehidupan dunia. Selain itu, dalam akidah Islam, setiap orang akan ditanyai kelak: apakah ia menaati perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya ataukah sebaliknya. Kenyataan yang akan dialami semua orang ini merupakan hubungan antara dunia dengan sesudahnya.

Mereka tidak akan henti-hentinya memerangi kalian sampai mereka (dapat) mengembalikan kalian dari agama kalian (pada kekufuran), seandainya mereka sanggup. Siapa saja yang murtad di antara kalian dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya (TQS. al-Baqarah [2]:217).

 Cela’an (hujatan)

Takan ku merasa takut pencelaan apapun
Karena ……. Pencelaan adalah bunga harum yang semerbak
Pencelaan adalah keharuman yang akan membawaku menerawang kepada sang kekasih sampai kelangit Tujuh
Pencelaan adalah madu ……….
Madu yang teramat manis dapat menyembuhkan segala kepahitan kalbu ku
Akan kupakai dan kutapakan kakiku pada pencelaan itu.

Taslim (berserah diri)
Taslim dibagi menjadi tiga tingkatan :
1. Taslim al-Jism (penyerahan Fisik)
Ketika seorang pegulat sedang bergulat, dan salah satu diantara mereka adayang merasa kalah dan menyerah. Penyerahan seperti ini disebut penyerahan fisik, atau taslim al-jism. Penyerahan seperti ini bersifat sementara, karena masih mengharapkan/berniat suatu saat akan menguasai musuhnya. Taslim seperti ini penyerahannya harus dengan paksaan dan kekerasan.

2. Taslim al-aql (penyerahan Rasio)
Taslim akal dan pikiran. Akal mampu menguasai kekuatan logika dan argument tasi. Taslim slim sejerti ini kekuatan otot tidak diperlukan peranan apa-apa, dengan kekerasan tatau pukulan misalnya, kita tidak bias menyakinkan seorang murid, bahwa sudut sisi segitiga itu sama dengan jumlah sudut dua garis tegak lurus, untuk menyakinkannya kita harus memberi bukti dengan rumus-rumus meatematika tidak ada caralain untuk menjelaskannya selain cara tersebut. Dengan demikian, akal memaksa taslim dengan argumentasi, pikiran dan pembuktian, ketika itu akal terpaksa taat. Walaupun berbagai kekuatan melarang untuk taslim.
Ketika galileo disiksa karena keyakinannya bahwa bumi berputar megelilingi matahari dan bahwa matahari menjadi pusat perputaran planet-planet, beliau diancam akan dibakar, sehingga ia terpakasa mengumumkan tobatnya atas keyakinannya tersebut. Namun pada saat yang sama, ia menulis sesuatu diatas tanah dan ketika orang-orang memperhatikannya, mereka melihat Galileo menuliskan keyakinannya tersebut sebagai berikut:
“ Tobat Galileo tidak akan pernah menghentikan bumi dari perputarannya.”

Kekuatan-kekerasan bias memaksa manusia mencabut kembali ucapannya, tetapi pikirannya takan pernah tunduk dan menyerah, sampai terpuasi oleh kekuatan logika dan argumentasi.

3. Taslim al-qalb (penyerahan Hati).
Taslim yang ketiga ini ialah taslim Hati, taslim ini juta disebut taslim Iman. Dengan demikian apabil ataslim fisik dan taslim akal tidak dibarengi dengan taslim hati, berarti ia tidak beriman, karena taslim hati adalah taslim penyerahan segala wujud insani dan menolak segala bentuk kekafiran dan pengingkaran. Bias saja akal dan logika seseorang bias berserah diri di hadapan pikiran tertentu, tapi batinnya tetap menentang. Hal demikian terjadi ketika orang tersebut berada dibawah kondisi ta’ashub, menolak dan membangkang, atau karena ada kepentingan pribadi, sehingga sekalipun akal dan pikirangnya terpuasi namun jiwanya tetap menolak, orang tersebut tidak beriman. Hamba-hamba yang iklahs adalah mereka yang bukan saja amal-amalnya ikhlas, tapi juga wujud mereka secara keseluruhan sudah terbebaskan dari selain Allah. Mereka itulah para wali yang terbebaskan dari dosa.

Pertanyaan?
Kenapa menurut kriteria setan Al-Quran setan dengan segala pengetahuannya yang dimilikinya tetap di kelompokan dengan orang-orang kafir.?
Jawab nya adalah, walaupun pengetahuannya telah taslim kepada hakekat, namun perasaan-perasaannya menolak hakekat tersebut, hatinya tak berdaya di hadapan akalnya, sehingga enggan menerima kebenaran dan takabur (sombong), dia enggan dengan taslim hati.
















Bab. 
Bukti ke Esaan Allah. SWT

Astronomi Modern Mengungkap Fakta Penciptaan Alam Semesta
Gagasan Kuno Abad 19 : Alam Semesta Kekal
Gagasan yang umum di abad 19 adalah bahwa alam semesta merupakan kumpulan materi berukuran tak hingga yang telah ada sejak dulu kala dan akan terus ada selamanya. Selain meletakkan dasar berpijak bagi paham materialis, pandangan ini menolak keberadaan sang Pencipta dan menyatakan bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir.
Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan Yunani Kuno, dan mendapat penerimaan yang meluas di abad 19, sistem berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham Materialisme dialektika Karl Marx.
Para penganut materalisme meyakini model alam semesta tak hingga sebagai dasar berpijak paham ateis mereka. Misalnya, dalam bukunya Principes Fondamentaux de Philosophie, filosof materialis George Politzer mengatakan bahwa “alam semesta bukanlah sesuatu yang diciptakan” dan menambahkan: “Jika ia diciptakan, ia sudah pasti diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dan dari ketiadaan”.
Ketika Politzer berpendapat bahwa alam semesta tidak diciptakan dari ketiadaan, ia berpijak pada model alam semesta statis abad 19, dan menganggap dirinya sedang mengemukakan sebuah pernyataan ilmiah. Namun, sains dan teknologi yang berkembang di abad 20 akhirnya meruntuhkan gagasan kuno yang dinamakan materialisme ini.

Astronomi Mengatakan: Alam Semesta Diciptakan.
Pada tahun 1929, di observatorium Mount Wilson California, ahli astronomi Amerika, Edwin Hubble membuat salah satu penemuan terbesar di sepanjang sejarah astronomi. Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia menemukan bahwa mereka memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya. Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini “bergerak menjauhi” kita. Sebab, menurut hukum fisika yang diketahui, spektrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak mendekati pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung ke warna merah. 
Selama pengamatan oleh Hubble, cahaya dari bintang-bintang cenderung ke warna merah. Ini berarti bahwa bintang-bintang ini terus-menerus bergerak menjauhi kita. 
Jauh sebelumnya, Hubble telah membuat penemuan penting lain. Bintang dan galaksi bergerak tak hanya menjauhi kita, tapi juga menjauhi satu sama lain. Satu-satunya yang dapat disimpulkan dari suatu alam semesta di mana segala sesuatunya bergerak menjauhi satu sama lain adalah bahwa ia terus-menerus “mengembang”.
Agar lebih mudah dipahami, alam semesta dapat diumpamakan sebagai permukaan balon yang sedang mengembang. Sebagaimana titik-titik di permukaan balon yang bergerak menjauhi satu sama lain ketika balon membesar, benda-benda di ruang angkasa juga bergerak menjauhi satu sama lain ketika alam semesta terus mengembang.
Sebenarnya, fakta ini secara teoritis telah ditemukan lebih awal. Albert Einstein, yang diakui sebagai ilmuwan terbesar abad 20, berdasarkan perhitungan yang ia buat dalam fisika teori, telah menyimpulkan bahwa alam semesta tidak mungkin statis. Tetapi, ia mendiamkan penemuannya ini, hanya agar tidak bertentangan dengan model alam semesta statis yang diakui luas waktu itu. Di kemudian hari, Einstein menyadari tindakannya ini sebagai ‘kesalahan terbesar dalam karirnya’. Apa arti dari mengembangnya alam semesta? Mengembangnya alam semesta berarti bahwa jika alam semesta dapat bergerak mundur ke masa lampau, maka ia akan terbukti berasal dari satu titik tunggal. Perhitungan menunjukkan bahwa 'titik tunggal’ ini yang berisi semua materi alam semesta haruslah memiliki ‘volume nol‘, dan ‘kepadatan tak hingga‘. Alam semesta telah terbentuk melalui ledakan titik tunggal bervolume nol ini.
Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan ‘Big Bang‘, dan teorinya dikenal dengan nama tersebut. Perlu dikemukakan bahwa ‘volume nol‘ merupakan pernyataan teoritis yang digunakan untuk memudahkan pemahaman. Ilmu pengetahuan dapat mendefinisikan konsep ‘ketiadaan‘, yang berada di luar batas pemahaman manusia, hanya dengan menyatakannya sebagai ‘titik bervolume nol‘. Sebenarnya, ‘sebuah titik tak bervolume‘ berarti ‘ketiadaan‘. Demikianlah alam semesta muncul menjadi ada dari ketiadaan. Dengan kata lain, ia telah diciptakan. Fakta bahwa alam ini diciptakan, yang baru ditemukan fisika modern pada abad 20, telah dinyatakan dalam Alqur‘an 14 abad lampau: “Dia Pencipta langit dan bumi” (QS. Al-An’aam, 6: 101)
Teori Big Bang menunjukkan bahwa semua benda di alam semesta pada awalnya adalah satu wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Ini diartikan bahwa keseluruhan materi diciptakan melalui Big Bang atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal, dan membentuk alam semesta kini dengan cara pemisahan satu dari yang lain. 

Big Bang, Fakta Menjijikkan Bagi 
KaumMaterialis
Big Bang merupakan petunjuk nyata bahwa alam semesta telah ‘diciptakan dari ketiadaan‘, dengan kata lain ia diciptakan oleh Allah. Karena alasan ini, para astronom yang meyakini paham materialis senantiasa menolak Big Bang dan mempertahankan gagasan alam semesta tak hingga. Alasan penolakan ini terungkap dalam perkataan Arthur Eddington, salah seorang fisikawan materialis terkenal yang mengatakan: “Secara filosofis, gagasan tentang permulaan tiba-tiba dari tatanan Alam yang ada saat ini sungguh menjijikkan bagi saya”.
Seorang materialis lain, astronom terkemuka asal Inggris, Sir Fred Hoyle adalah termasuk yang paling merasa terganggu oleh teori Big Bang. Di pertengahan abad 20, Hoyle mengemukakan suatu teori yang disebut steady-state yang mirip dengan teori ‘alam semesta tetap‘ di abad 19. Teori steady-state menyatakan bahwa alam semesta berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa. Dengan tujuan mempertahankan paham materialis, teori ini sama sekali berseberangan dengan teori Big Bang, yang mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Mereka yang mempertahankan teori steady-state telah lama menentang teori Big Bang. Namun, ilmu pengetahuan justru meruntuhkan pandangan mereka.
Pada tahun 1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia mengatakan bahwa setelah pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi ini haruslah tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang ‘seharusnya ada‘ ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja. Radiasi ini, yang disebut ‘radiasi latar kosmis‘, tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa. 
Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel untuk penemuan mereka.
Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer. COBE ke ruang angkasa untuk melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8 menit bagi COBE untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah menemukan sisa ledakan raksasa yang telah terjadi di awal pembentukan alam semesta. Dinyatakan sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang masa, penemuan ini dengan jelas membuktikan teori Big Bang.
Bukti penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa. Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan dan jika ia telah ada sejak dulu kala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah habis sama sekali dan berubah menjadi helium. 
Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat: 
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihtatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang.” (QS. Al-Mulk, 67:3) 
Segala bukti meyakinkan sebagaimana dipaparkan ini telah menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat dari ketiadaan. 

Dennis Sciama, yang selama bertahun-tahun bersama Fred Hoyle mempertahankan teori steady-state, yang berlawanan dengan fakta penciptaan alam semesta, menjelaskan posisi akhir yang telah mereka capai setelah semua bukti bagi teori Big Bang terungkap. Sciama menyatakan bahwa ia mempertahankan teori steady-state bukan karena ia menanggapnya benar, melainkan karena ia berharap bahwa inilah yang benar. 
Sciama selanjutnya mengatakan bahwa ketika bukti mulai bertambah, ia harus mengakui bahwa permainan telah usai dan teori steady-state harus ditolak. Prof. George Abel dari universitas California juga menerima kemenangan akhir Big Bang dan menyatakan bahwa bukti yang kini ada menunjukkan bahwa alam semesta bermula milyaran tahun silam melalui peristiwa Big Bang. Ia mengakui bahwa ia tak memiliki pilihan kecuali menerima teori Big Bang. 

Dengan kemenangan Big Bang, mitos ‘materi kekal’ yang menjadi dasar berpijak paham materialis terhempaskan ke dalam tumpukan sampah sejarah. Lalu keberadaan apakah sebelum Big Bang; dan kekuatan apa yang memunculkan alam semesta sehingga menjadi ‘ada’ dengan ledakan raksasa ini saat alam tersebut ‘tidak ada’? Meminjam istilah Arthur Eddington, pertanyaan ini jelas mengarah pada fakta yang ‘secara filosofis menjijikkan’ bagi kaum materialis, yakni keberadaan sang Pencipta. Filosof ateis terkenal Antony Flew berkata tentang hal ini: “Sayangnya, pengakuan adalah baik bagi jiwa. Karenanya, saya akan memulai dengan pengakuan bahwa kaum Ateis Stratonisian terpaksa dipermalukan oleh kesepakatan kosmologi zaman ini. Sebab, tampaknya para ahli kosmologi tengah memberikan bukti ilmiah bahwa alam semesta memiliki permulaan. “ Banyak ilmuwan yang tidak secara buta menempatkan dirinya sebagai ateis telah mengakui peran Pencipta yang Mahaperkasa dalam penciptaan alam semesta. Pencipta ini haruslah Dzat yang telah menciptakan materi dan waktu, namun tidak terikat oleh keduanya. Ahli astrofisika terkenal Hugh Ross mengatakan: “Jika permulaan waktu terjadi bersamaan dengan permulaan alam semesta, sebagaimana pernyataan teorema ruang, maka penyebab terbentuknya alam semesta pastilah sesuatu yang bekerja pada dimensi waktu yang sama sekali tak tergantung dan lebih dulu ada dari dimensi waktu alam semesta. Kesimpulan ini memberitahu kita bahwa Tuhan bukanlah alam semesta itu sendiri, Tuhan tidak pula berada di dalam alam semesta.” Begitulah, materi dan waktu diciptakan oleh sang Pencipta yang tidak terikat oleh keduanya. Pencipta ini adalah Allah, Dialah Penguasa langit dan bumi. 

Big Bang, Ledakan Yang Memunculkan Keteraturan Sebenarnya, Big Bang telah menimbulkan masalah yang lebih besar bagi kaum materialis daripada pengakuan Filosof ateis, Antony Flew. Sebab, Big Bang tak hanya membuktikan bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan, tetapi ia juga diciptakan secara sangat terencana, sistematis dan teratur. Big Bang terjadi melalui ledakan suatu titik yang berisi semua materi dan energi alam semesta serta penyebarannya ke segenap penjuru ruang angkasa dengan kecepatan yang sangat tinggi. Dari materi dan energi ini, munculah suatu keseimbangan luar biasa yang melingkupi berbagai galaksi, bintang, matahari, bulan, dan benda angkasa lainnya. Hukum alam pun terbentuk yang kemudian disebut ’hukum fisika’, yang seragam di seluruh penjuru alam semesta, dan tidak berubah. Hukum fisika yang muncul bersamaan dengan Big Bang tak berubah sama sekali selama lebih dari 15 milyar tahun. Selain itu, hukum ini didasarkan atas perhitungan yang sangat teliti sehingga penyimpangan satu milimeter saja dari angka yang ada sekarang akan berakibat pada kehancuran seluruh bangunan dan tatanan alam semesta. Semua ini menunjukkan bahwa suatu tatanan sempurna muncul setelah Big Bang. Namun, ledakan tidak mungkin memunculkan tatanan sempurna. Semua ledakan yang diketahui cenderung berbahaya, menghancurkan, dan merusak apa yang ada. Jika kita diberitahu tentang kemunculan tatanan sangat sempurna setelah suatu ledakan, kita dapat menyimpulkan bahwa ada campur tangan ‘cerdas’ di balik ledakan ini, dan segala serpihan yang berhamburan akibat ledakan ini telah digerakkan secara sangat terkendali. Sir Fred Hoyle, yang akhirnya harus menerima teori Big Bang setelah bertahun-tahun menentangnya, mengungkapkan hal ini dengan jelas: “Teori Big Bang menyatakan bahwa alam semesta berawal dari satu ledakan tunggal. Tapi, sebagaimana diketahui, ledakan hanya menghancurkan materi berkeping-keping, sementara Big Bang secara misterius telah menghasilkan dampak yang berlawanan – yakni materi yang saling bergabung dan membentuk galaksi-galaksi.” Tidak ada keraguan, jika suatu tatanan sempurna muncul melalui sebuah ledakan, maka harus diakui bahwa terdapat campur tangan Pencipta yang berperan di setiap saat dalam ledakan ini. Hal lain dari tatanan luar biasa yang terbentuk di alam menyusul peristiwa Big Bang ini adalah penciptaan ‘alam semesta yang dapat dihuni’. Persyaratan bagi pembentukan suatu planet layak huni sungguh sangat banyak dan kompleks, sehingga mustahil untuk beranggapan bahwa pembentukan ini bersifat kebetulan. Setelah melakukan perhitungan tentang kecepatan mengembangnya alam semesta, Paul Davis, profesor fisika teori terkemuka, berkata bahwa kecepatan ini memiliki ketelitian yang sungguh tak terbayangkan. Davis berkata: “Perhitungan jeli menempatkan kecepatan pengembangan ini sangat dekat pada angka kritis yang dengannya alam semesta akan terlepas dari gravitasinya dan mengembang selamanya. Sedikit lebih lambat dan alam ini akan runtuh, sedikit lebih cepat dan keseluruhan materi alam semesta sudah berhamburan sejak dulu. Jelasnya, big bang bukanlah sekedar ledakan zaman dulu, tapi ledakan yang terencana dengan sangat cermat. “
Fisikawan terkenal, Prof. Stephen Hawking mengatakan dalam bukunya A Brief History of Time, bahwa alam semesta dibangun berdasarkan perhitungan dan keseimbangan yang lebih akurat dari yang dapat kita bayangkan. Dengan merujuk pada kecepatan mengembangnya alam semesta, Hawking berkata: “Jika kecepatan pengembangan ini dalam satu detik setelah Big Bang berkurang meski hanya sebesar angka satu per-seratus ribu juta juta, alam semesta ini akan telah runtuh sebelum pernah mencapai ukurannya yang sekarang.” Paul Davis juga menjelaskan akibat tak terhindarkan dari keseimbangan dan perhitungan yang luar biasa akuratnya ini:“ Adalah sulit menghindarkan kesan bahwa tatanan alam semesta sekarang, yang terlihat begitu sensitif terhadap perubahan angka sekecil apapun, telah direncanakan dengan sangat teliti. Kemunculan serentak angka-angka yang tampak ajaib ini, yang digunakan alam sebagai konstanta-konstanta dasarnya, pastilah menjadi bukti paling meyakinkan bagi keberadaan desain alam semesta.” Berkenaan dengan kenyataan yang sama ini, profesor astronomi Amerika, George Greenstein menulis dalam bukunya The Symbiotic Universe: “Ketika kita mengkaji semua bukti yang ada, pemikiran yang senantiasa muncul adalah bahwa kekuatan supernatural pasti terlibat.” Singkatnya, saat meneliti sistem mengagumkan di alam semesta, akan kita pahami bahwa keberadaan dan cara kerjanya bersandar pada keseimbangan yang sangat sensitif dan tatanan yang terlalu kompleks untuk dijelaskan oleh peristiwa kebetulan. Sebagaimana dimaklumi, tidaklah mungkin keseimbangan dan tatanan luar biasa ini terbentuk dengan sendirinya dan secara kebetulan melalui suatu ledakan besar. Pembentukan tatanan semacam ini menyusul ledakan seperti Big Bang adalah satu bukti nyata adanya penciptaan supernatural. Harun Yahya Int’l, Representative for Indonesia1

Publikasi 13/01/2003 10:15 WIB


b. Cendikiawan-cendikiawan dunia melihat ajaran Islam





“Dan orang-orang yang diberi ilmu (ahli kitab) berpendapat bahwa, wahyu yang diturunkan kepada (Muhammad) dari Tuhanmu itulah yang benar dan menunjukan (manusia) kepada jalan Tuhan yang Maha Perkasa dan Maha terpuji” (Qs.Saba:6)

Kini cendikiawan-cendikiawan dunia melihat ajaran Islam dan mempelajarinya, sehingga dia mengakui, Islam sebagai ajaran yang rasional dan universal. Sebagian besar dari mereka, setelah mempelajari al-Qur’an, sunah, dan hadis, lalu membanding-banding kan dengan agama-agama yang lain, pada akhirnya dia menyatakan diri untuk memeluk agama Islam. 
Pebdaoat nereja tentang Islam:
1. Vera Nicheles Dean, mengatakan dalam bukunya, The Nature of the non Western World, bahwa Islam itu meliputi empat unsure:
a) Islam is religion (Islam adalah agama);
b) Islam is political system (Islam adalah system politik)
c) Islam is way of life (Islam adalah falsafah hidup); dan
d) Islam is interpretation (Islam adalah Interperstasi sejarah).

2. Gustav Libon, mengatakan dengan jujur peranan Islam dalam menunjukan pola berpikir manusia, antara lain ia katakana, “sesungguhnya filsuf Arab dan kaum Muslimin adalah yang pertama-tama menggerakan, bagai mana kemerdekaan berpikir sesuai dengan kelurusan beragama.” Ia juga tidak segan-segan mengakui. “Pengaruh peradaban kaum muslimin di Barat kuat sekali, terutama di bidang ilmu, sastra, dan budi pekerti. Para sejarawan ilmu modern Eropa mengakui sendiri hal ini, bahwa kalau tidak karena Islam, sudah tentu sebagian besar ilmu-ilmu lama itu akan hilang, dan sudah tentu kemajuan Eropa modern akan mundur beberapa tahun lamanya, hanya Allah saja lah yang tahu.”
3. De Slance Mac Gokein (1810-1879), penyusun indeks program ketimuran yang disimpan di Perpustakaan Nasional Paris, berkomentar dalam terjemahan Mukaddimah Ibnu Khaldun berbahasa Prancis. “Sesungguhnya bangsa Arab merupakan suatu umat yang memiliki keistimewaan dalam banyak sifat. Ia mempunyai agama Islam yang lengkap dan paripurna.”
4. George Starton, seorang dosen Universitas Hardvard berkomentar. “Sesungguhnya Islam merupakan tatanan agama yang paling tepat dan paling indah. Dan kalau kita melihat Islam dari perbuatan kaum muslimin sudah tentu kita tidak akan melihat ajaran agama itu dengan jelas dan gambling.”
5. Prof. Dr. Wilfred Canthwell, mengatakan dalam bukunya, Islam in modern history, bahwa :”That Islam as a religion is relevant to all aspect of life and socilety (Sebagai suatu agama, Islam cocok untuk semua aspek kehidupan dan masyarakat).”
6. Monsieur Siffter de Sasie (1750-1838), pakar ketimuran yang mendirikan Persatuan Asia-Prancis menulis dalam bukunya, Al-Hayat, antara lain, “Saya tidak dapat melukiskan dengan kata-kata yang lebih tepat selain menyatakan bahwa agama Islam itu sesuatu yang paripurna dan berpenangkal.”
7. Dr. Ritten, orientalis dan sejarawan besar berkebangsaan Spanyol, berkomentar tentang Islam, antara lain ia katakana: “Agama Muhammad sudah menyakinkan sejak saat-saat kelahirannya dan dalam kehidupan Nabi itu juga, bahwa ajarannya bersifat universal. Jadi sesuai dengan segala bangsa dan dengan sendirinya dapat dicerna oleh semua akal di semua iklim dan cuaca.
8. Prof. Dr. H. A. R. Gibb mengatakan bahwa, “Islam is indeed much more than a system of theology; it a complete civilization (Islam itu sesungguhnya lebih dari suatu system agama saja, melainkan juga suatu peradaban yang lengkap).”
9. Mister Eric Bintam, seorang orientalis kelahiran Granada (1815-1887) menulis dalam bukunya, Al-Hayat, antara lain: “Sebenarnya perselisihan pokok antara Islam, karena tidak sudi Rab (Tuhan) nya dipersekutukan dengan siapa pun, dan Islam itu adalah agama lemah lembut, bermusyawaratan, jujur, dan amanat. Semua yang dibawanya tidak ditolak oleh selera yang sehat dan akal yang matang. Karena itulah kita bersikap adil terhadap diri sendiri, tentulah kita akan mempersatukan barisan dengan kaum muslimin, dan akan membuang watak fanatic buta yang diciptakan oleh oknum-oknum kelompok vested yang dipaksakan karena dorongan hawa nafsu.
10. Lusin Juva, seorang orientalis terkenal berpendapat, “Islam sesuai benar dengan kemajuan zaman kita sekarang ini. Bahwa kemajuan yang terliht di negara-negara Islam sejak abad yang lalu membuktikan islam berjalan seiring dengan kemajuan dan akan senantiasa ada untuk selama-lamanya.”
11. Leodourch, seorang orientalis Barat berkebangsaan Jerman berkomentar: “Sesungguhnya Islam itu adalah agama kemanusiaan alami, ekonomis dan sekaligus moralis. Tidak pernah saya menyebut sesuatu dari positif law, melainkan saya mengemukakan undang-undang tentang hal itu di dalamnya. Saya juga menemukan di dalamnya dua “obat penawar” yang sedang dicari-cari dunia:
a) terdapat dalam kitab Al-Qur’an, yakni kalimat: “Sesungguhnya orangorang mukmin itu adalah bersaudara” (Qs. Al-Hujurat:10);
b) Kewajiban mengeluarkan zakat oleh mereka yang mampu untuk diberikan kepada orang-orang miskin, sebagai suatu hak yang bias diambil dengan paksa, kalau si kaya tidak mau mengeluarkannya dengan ikhlas. Ini bias menyelesaikan masalah anarsisme.”
 
12. Stanley Lanepool, seorang cendekiawan Inggris menulis dalam bukunya, “Salahudin dan Sejarah pemerintahan Yerusalem”, antara lain bagi orang yang mempelajari sejarah Perang Salib, tidak perlu lagi belajar tentang keutamaan peradaban. Kiranya keberanian, kebesaran jiwa, keumuliaan hak, toleransi, kemurahan hati yang hakiki dan pendidikan yang sehat, semuanya itu pada waktu berkecamuknya perang ada di pihak kaum Muslimin. Para sejarawan ketika berbicara kemurahan hati menisbahkan kepada jasa kaum Muslimin serta memperkenalkan dan mengajarkannya dalam bentuk peraturan di Eropa dan Cicilia. Mereka meninggalkannya dan meluaskan ufuknya.”



Firman Allah s.w.t.
“Barangsiapa mencari agama selainagama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan di akhirat ia termasuk orang-orang yang merugi.” (Qs. 3:85)

Dia telah menurunkan kitab-kitabnya sebagai buku petunjuk kehidupan di alam semesta dari zaman kezaman, dari kitab Zabur, Taurat, Inzil, dan al-Quran, dan telah memilih orang-orang pilihannya yang di percayai untuk menerima kitab-kitab nya.
Begitu juga dengan kita, pada saat kita kecil kita masuk sekolah dasar SD, kemudian naik ketingkat lebih tinggi SMP, dan naik ketingkat berikutnya SMA dan seterusnya. Kita abelajar dari waktu-kewaktu sampai tahun-ketahun, dari tingkatan yang lebih rendah ketingkatan yang lebih tinggi, tentu melalui proses.

Begitu juga dengan agama yang ada di atas bumi ini, Allah menurunkan pengajaran melalui agama dengan buku-buku petunjuk yang diturunkan melalui Nabi-nabu-Nya .
Jika kita mau memperhatikan dan berfikir tentang manusia dan alam semesta menyiratkan arti keselarasan dan kesatuan diantara semua bagian alam semesta ini. 
Rancangan dan tatanan tanpa tara bagi keberadaan desain di alam semesta ini tentulah membuktikan keberadaan Pencipta, beserta Ilmu, Keagungan dan Hikmah-Nya yang tak terbatas, Yang telah menciptakan materi dari ketiadaan dan Yang berkuasa mengaturnya tanpa henti. Sang Pencipta ini adalah Allah, penguasa seluruh sekalian alam.
Firmannya:
 “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihtatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang.” (QS. Al-Mulk, 67:3) 












Bab VI

Makhluk-Makhluk Bercahaya (kunang-kunang)
Thomas Edison adalah seorang ilmuwan terbesar di dunia. Sekitar seratus dua puluh tahun telah berlalu sejak ia menemukan bola lampu. Dalam masa ini, bola lampu telah menjadi bagian penting kehidupan manusia. Kini, jutaan bola lampu mungil bersama-sama menerangi kota-kota besar di seluruh dunia.
Penerangan menjadi suatu simbul penting bagi peradaban ini. Namun, ada sumber penerangan lain. Kita tentunya pernah menjumpai cahaya kecil yang menerangi kegelapan malam hari. Cahayanya begitu kuat dan terang, namun sumber penerangan ini sangatlah berbeda dengan bola lampu. Bahkan ia sama sekali bukanlah benda, melainkan makhluk hidup. Ia adalah seekor kunang-kunang. Makhluk kecil ini menghasilkan cahaya dalam tubuhnya meski ia tidak memiliki bola lampu. Meskipun tidak menggunakan listrik, ia memiliki teknologi yang jauh lebih hebat. Teknologi ini lebih efektif dari bola lampu yang mampu merubah sepuluh persen saja dari energinya menjadi cahaya, sedangkan sembilan puluh persen sisanya berubah dan hilang menjadi panas.
Sebaliknya, kunang-kunang mampu menghasilkan hampir seratus persen cahaya dari energi yang ada. Ini dikarenakan disain sempurna pada sistem penghasil cahaya yang dimilikinya. Tubuhnya berisi zat kimia khusus bernama lusiferin, dan enzim yang disebut lusiferase. Untuk menghasilkan cahaya, dua zat kimia ini bercampur, dan percampuran ini menghasilkan energi dalam bentuk cahaya. Molekul kompleks ini telah didisain secara khusus untuk memancarkan cahaya. Penempatan setiap atom yang membentuk molekul tersebut telah ditentukan sesuai dengan tujuan ini. Tidak ada keraguan bahwa disain biokimia ini bukanlah sebuah kebetulan. Ia sengaja diciptakan secara khusus. Sebagaimana Allah telah memberi semua makhluk hidup ciri mereka masing-masing, Dia juga telah mengajarkan kunang-kunang cara membuat cahaya.
Tapi, untuk apakah kunang-kunang membuat cahaya melalui teknologi yang sedemikian maju. Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan ini, kita harus mengamati lebih dekat sekawanan kunang-kunang. Sekelompok kunang-kunang dalam jumlah besar, hingga ratusan ribu, di malam hari memunculkan pemandangan yang membuat kita seolah sedang berjalan di bawah bintang-bintang. Cahaya ini sangatlah penting bagi kunang-kunang sebagai alat komunikasi. Sepanjang sejarah, manusia telah menggunakan berbagai sarana untuk berkomunikasi. Salah satunya adalah sandi morse, yang terdiri atas kombinasi sinyal panjang dan pendek, dan dipakai pada telegram. Kunang-kunang menggunakan sinyal cahaya untuk berkomunikasi, cara yang menyerupai sandi morse. 
Kunang-kunang jantan menyalakan dan memadamkan cahayanya untuk mengirim pesan kepada sang betina. Pesan ini berisi kode tertentu. Dan kunang-kunang betina menggunakan kode yang sama untuk mengirim pesan balasan kepada sang jantan. Sebagai hasil dari pesan timbal-balik ini, sang jantan dan betina mendekat satu sama lain.
Sejak saat ia dilahirkan, tiap kunang-kunang mengetahui bagaimana berkirim pesan dengan cara ini, dan bagaimana memahami pesan yang dikirim oleh yang lain. Singkatnya, masing-masing dari ribuan kunang-kunang yang kita lihat bersama di kegelapan malam adalah sebuah keajaiban penciptaan. Pencipta sistem yang luar biasa ini adalah Allah, Pencipta semua makhluk hidup. 
Selama beberapa malam di Segitiga Bermuda, pertunjukan cahaya tengah berlangsung. Beberapa saat setelah matahari tenggelam, cahaya yang mempesona muncul di permukaan laut. Cahaya ini berasal dari cacing laut betina yang sedang berada di permukaan. Sang betina mencampurkan dua cairan kimia yang ia hasilkan dalam tubuhnya. Makhluk ini tahu bagaimana menggunakan bahan-bahan kimia untuk memproduksi cahaya dengan cara yang menakjubkan. Hasil akhirnya adalah sebuah pertunjukan cahaya yang mengagumkan. Cacing betina melakukan ini untuk menarik perhatian sang jantan. Makhluk yang sedang mendekat dengan cahaya kecilnya yang terang adalah cacing laut jantan. Sepuluh menit kemudian, permukaan laut telah tertutupi oleh ratusan betina yang memancarkan cahaya terang. Jika bulan keluar dari balik awan dan menerangi permukaan laut, mereka kembali ke kedalaman lautan. Dua puluh menit kemudian pertunjukan ini berakhir.
Jika kita ingin menyaksikan tempat sesungguhnya, di mana binatang menggunakan cahaya untuk berkomunikasi, maka kita harus pergi ke tempat paling gelap di bumi, yaitu dasar lautan. Kapal selam ini didisain khusus untuk dapat menyelam hingga kedalaman enam ratus meter. Sinar matahari tidak dapat menembus kedalaman di bawah dua ratus meter. Di sinilah tempat paling gelap di bumi. Tekanannya dua puluh kali lebih tinggi dibandingkan di permukaan laut. Anda mungkin berpikir bahwa tak ada yang mampu hidup dalam kondisi ini. Namun sebuah pemandangan menakjubkan muncul ketika terlihat suatu sinyal cahaya dari luar kapal selam. Tiba-tiba muncul cahaya dari kegelapan dasar lautan, dengan kata lain terdapat makhluk-makhluk hidup yang menjawab cahaya dengan cahaya, dan berkomunikasi dengan cara memancarkan cahaya dalam kegelapan ini. Dengan melihat makhluk ini dari dekat, anda akan melihat keagungan ciptaan Allah. 
Di dasar lautan terdapat makhluk mengagumkan yang memancarkan cahaya merah. Ia adalah seekor ubur-ubur. Pertunjukan cahaya dari spesies lain yang berada di bagian lebih atas menyerupai pertunjukan karya seni. Pertunjukan ini dapat dinikmati sepenuhnya setelah lampu kapal selam dimatikan. Pemandangan yang muncul adalah beragam makhluk mempesona yang bersinar dengan cahaya yang dihasilkannya sendiri. Terdapat sejenis makhluk laut yang berenang-renang sambil memancarkan cahaya tanpa seorang pun tahu apa fungsi cahaya ini.
Di antara makhluk bercahaya di dasar lautan adalah ubur-ubur, yang memiliki tubuh lunak dan lembut. Tak satu pun dari mereka memiliki akal atau kecerdasaan. Tidak juga mereka tahu bagaimana cahaya dalam tubuh mereka terbentuk. Sungguh tidak rasional untuk berpikir bahwa makhluk yang demikian kompleks dengan sistemnya yang rumit muncul secara kebetulan. Tak ada keraguan bahwa makhluk ini sengaja diciptakan dengan disain khusus. Oleh karenanya, pertunjukan cahaya ini, yang datang dari ratusan meter di bawah permukaan laut, sebenarnya mengungkapkan kepada kita akan kekuasaan Allah. Dia menciptakannya secara khusus. Segala sesuatu di darat dan di laut adalah kepunyaan-Nya. Dan Dia memiliki ilmu dan pengetahuan yang tak terbatas. Dalam sebuah ayat dinyatakan:
  “Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan dibumi dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr, 59:24) 

DAFTAR ISI


1 ………………. …………………… 5. Kata Penghantar

6. ……………………………………...8. Tiga Landasan 
  Utama Manusia

9 …………………………………… 40 Bab I. TAUHID

41 …………………………………… 46 Bab II
  Siapa Nabimu

46 …………………………………… 46 Bab III
  Agama Yang men
  jadi Fitrah Manusia

57 ………………………………….. 70 Bab IV
  Manusia Pilihan dan 
  Kitab Suci
  (Dunia Sebagai 
  Sarana Pendidikan.)

71 ………………………………… Bab V.
  Prilaku manusia
  Menurut Penjelasan
  Plato.




B.S. Sutan Mangkuto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar